MAKALAH
MAKNA DAN FUNGSI SHALAT
Makalah Ini Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Hadits
Dosen Pengampu :
Ahmad Izza Muttaqin., S.Pd.I

Ainur Rizqiyah
Ahmad Yusuf Dio
M. Syaiful Wildan Al-balawy
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) IBRAHIMY
GENTENG -
BANYUWANGI
2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat dan
karunia-Nya. .Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad Saw,beserta keluarga dan para sahabatnya.
Dengan rahmat dan inayah dari Allah SWT,
bahwa penulis telah menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Makna dan Fungsi Shalat”.
Dalam penyusunan makalah ini tidak
sedikit halangan atau rintangan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari
bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini berkat bantuan, dorongan, dan
bimbingan semua kalangan sehingga kendala – kendala yang penyusun hadapi bisa
teratasi.
Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada: Bapak Ahmad Izza Muttaqin.,S.Pd.I Selaku Dosen pembimbing
yang telah memberikan tugas makalah ini dan petunjuk kepada penulis sehinga
termotivasi dalam menyusun makalah ini. Teman – teman yang telah memberikan
dorongan Dan Motivasi kepada Penulis
dalam menyusun makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat dan
menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan. Khususnya bagi penulis
semoga tujuan dalam pembuatan makalah ini bisa tercapai.
Wassalamu’alaikum.Wr.Wb
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI.................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 2
C.
Tujuan............................................................................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
HADITS, SUNNAH, KHABAR DAN ATSAR........................... 3
1. Pengertian Hadits ...................................................................... 3
2. Pengertian Sunnah..................................................................... 6
3. Pengertian Khabar ..................................................................... 12
4.
Pengertian Atsar......................................................................... 13
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan..................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 15
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Shalat adalah
salah satu dari rukun Islam ke dua yang diperintahkan oleh Allah melalui
perantara Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj.
Shalat dalam
praktik kehidupan sehari-hari terdapat beberapa hukum, shalat dapat menjadi
wajib hukumnya apabila itu shalat fardlu, menjadi sunnah apabila itu shalat
sunnah dan lain sebagainya. Dalam pelaksanaannya pun terdapat beberapa cara
yang harus dilaksanakan, karena hal itu merupakan syarat syah dan diterimanya
shalat. Shalat dapat dilaksanakan sendiri (munfarid) dan berjamaah. Shalat yang
dilaksanakan sendiri dan berjamaah berbeda dalam pelaksanaan, hukum, dan tata
caranya. Shalat berjamaah lebih utama dari shalat sendirian dengan kelebihan
dua puluh tujuh derajat[1].
Selain itu
dalam perihal pelaksanaan shalat berjamaah, di dalamnya terdapat beberapa
rangkaian ibadah seperti adzan. Dalam hal ini adzan berfungsi untuk
mengumpulkan para jamaah muslim untuk melaksanakan shalat bersama-sama
(berjamaah). Ketika seseorang telah berkumpul untuk shalat berjamaah maka hal
itu lebih baik daripada melaksanakan shalat sendiri, karena dalam shalat
berjamaah selain mendapatkan lebih pahalanya juga terdapat manfaat dan hikmah
seperti shalat dapat mencegah pelakunya dari melakukan perbuatan
keji dan mungkar. Allah SWT berfirman : ”bacalah apa yang telah diwahyukan
kepadamu, yaitu Al-kitab(Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat
itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat
yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Al-‘Ankabut [29]:
45)[2].
Dan makalah ini di susun bertujuan
untuk memaparkan apakah yang dimaksud dengan shalat,
fungsi, dan bagaimana pelaksanaan shalat.
B. Rumusan
masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Apakah yang dimaksud dengan Shalat ?
2.
Apakah fungsi dari Shalat?
3.
Apakah yang dimaksud dengan Shalat Berjamaah?
4.
Apakah keutamaan Shalat Berjamaah ?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalh di atas maka
tujuan penulisan makalh ini adalah sebagai berikut :
1.
Menjelaskan apakah yang dimaksud dengan Shalat.
2.
Menjelaskan apakah fungsi dari Shalat.
3.
Menjelaskan apakah yang dimaksud dengan Shalat Berjamaah.
4.
Menjelaskan apakah keutamaan dari Shalat Berjamaah.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Shalat
Shalat menurut arti lughat ialah berdo’a firman allah ta’ala :وَصَلِّ عَلَيْهِمْ
“berdo’alah kamu untuk orang-oang yang beriman itu” (At-taubah : 104). Menurut arti syara’, shalat itu
berupa ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat tertentu. Dalil diwajibkannya shalat
ialah firman allah di dalam al-qur’an:
وَاَقِمِ الصَّلاَةَ إِنَ الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ
الْفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ.
“Dan dirikanlah sholat, sesungguhnya sholat
itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (Al-Ankabut: 45)[1]
“Shalat itu
Cahaya” Maksudnya, sholat mempunyai cahaya atau menyinari. Sholat itu cahaya
dan menyinari wajah pemiliknya (Orang yang melakukan sholat) dalam satu riwayat
dikatakan “Barang siapa yang telah mengerjakan shalat pada malam hari niscaya
pada siang hari wajahnya bercahaya”. Abu Darda’ mengatakan, “Shalatlah kamu
semua pada waktu gelap malam untuk menghilangkan gelapnya kubur”. Shalat itu
menyinari hatimu (dengan) cahaya-cahaya makrifat dan memperlihatkan
kebenaran-kebenaran. Dengan demikian, orang yang melakukan sholat harus
mencurahkan pikirannya dari segala kesibukan dunia dan harus menghadap penuh
kepada Allah, sehingga dia diberi anugerah oleh Allah SWT, merasa disaksikan
olehnya, merasa dekat kepada-Nya, dan merasa cinta kepada-Nya[3]
·
Waktu pelaksanaan Shalat
Waktu shalat adalah persoalan yang
paling penting. Jika masuk waktu shalat maka datanglah kewajiban melaksanakan
shalat. Dan jika waktu shalat telah keluar, shalatnya menjadi luput. Shalat
yang difardukan itu ada lima yaitu : Yang pertama adalah shalat
dzuhur. Permulaan waktunya sejak
tergelincirnya matahari dan akhir waktunya hingga bayang-bayang suatu benda
telah sepadan dengan benda itu selain bayang-bayang yang telah ada sejak
matahari tergelincir. Yang kedua adalah shalat ashar. Shalat ashar itu mempunyai empat
waktu : Pertama: waktu fadilah (Waktu afdal), atau utama, yaitu ketika
bayang-bayang menyamai benda.
Kedua: Waktu
jawaz bila karahah (harus tidak makruh), yaitu sejak bayang-bayang dua
kalilipat dari bendanya hingga matahari tampak kekuning-kuningan. Ketiga :
waktu jawaz makruh (harus yang makruh), yakni makruh mengakhirkan shalat sampai
waktu jawaz karahah ini. Yaitu sejak matahari tampak kekuning-kuningan hingga
sesaat sebelum matahari terbenam.
Keempat: waktu tahrim (haram), yaitu mengakhirkan shalat hingga
tidak cukup waktu untuk menyelesaikan shalat. Walaupun kita katakan shalatnya
termasuk shalat ada’ (tunai).
Yang ketiga adalah shalat maghrib. Waktu shalat magrib adalah :
Qaul qadim
mengatakan: waktu maghrib tidak keluar hingga terbenamnya mega merah. Sebab
sabda Nabi SAW:
وَوَقْتُ
اْلمَغْرِبِ اِذَا غَا بَتِ الشَّمْسِ مَااَمْ يَسْقُطِ الشَفَقِ (رواه مسلم)
“Waktu
maghrib ialah ketika matahari terbenam selama mega merah belum lenyap”
(HR.Muslim)
Yang
keempat adalah shalat isya’. Waktu shalat isya adalah masuknya waktu
isya’ bersama dengan hilangnya mega merah, ibnu rifa’i mengatakan, keterangan
tersebut berdasarkan ijma’ ulama. Waktu ikhtiar untuk shalat isya’, yaitu
sebelum lewat sepertiga malam, karena hadistnya jibril a.s dan lain-lain.
Didalam satu qaul dikatakan bahwa waktu ikhtiar untuk shalat isya’ itu hingga
lewat separuh malam. Karena sabda nabi Muhammad SAW:
وَقْتُ
الْعِشَاءِ اِلَى نِّصْفِ الَّيْلِ
“waktu shalat isya’ itu hingga
separuh malam.”
Yang kelima adalah shalat shubuh. Permulaan waktu
subuh ialah munculnya fajar shadiq. Fajar shadiq ialah fajar yang terangnya
menyebar dan melintang di ufuk timur. Fajar ini ialah fajar yang kedua.
Dalilnya ialah hadist jibril a.s adapun fajar pertama tidak merupakan permulaan
masuknya waktu subuh. Fajar itu warnanya abu-abu, bentuknya memanjang keatas.
Fajar ini juga dikatakan sebagai fajar kadzib, karena dia bersinar lalu
menghitam lagi. Waktu ikhtiar untuk
shalat subuh yaitu hingga remang-remang pagi, karena haditsnya jibril a.s dan
waktu jawaz, berlangsung hingga munculnya matahari, karena sabda nabi SAW:
مَنْ
اَدْرَكَ الصُّبْحَ رَكْعَةً قَبْلَ اَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فَقَدْ اَدْرَكَ
الصُّبْحَ (روه مسلم)
“barang siapa menemukan satu rakaat dari
shalat subuhnya sebelum terbit matahari, orang tersebut berarti telah menemukan
shalat subuh.” (HR.Muslim).
·
Kualitas Sholat sebagai
kunci kualitas keislaman
أخبرنا الحسين بن حريث قال أنبأنا الفضل بن موسى عن
الحسين بن واقد عن عبد الله بن بريدة عن أبيه قال قال رسول الله صلى الله عليه و
سلم إن العهد الذي بيننا وبينهم الصلاة فمن تركها فقد كفر- النسائي
Husain bin
Harits menceritakan kepada kami dan berkata Fadhl bin musa mengabarkan kepada
kami dari Husain bin waqid dari Abdullah bin Buraidah r.a. dari Nabi
s.a.w., sabdanya: "Ikatan perjanjian antara kita - yaitu kaum
Muslimin - dan mereka -yaitu kaum munafikin - ialah shalat. Maka barangsiapa
yang meninggalkan shalat, sungguh-sungguh kafirlah ia." An-Nasa’i
Sebagaimana
tersebut pada hadits sebelumnya, Hadist ini juga memiliki artian bahwa Kualitas
sholat seseorang bisa menjadi ukuran kualitas keislamannya, dimana jika ia
mampu menjaga sholatnya, maka selamatlah ia, dan sebaliknya jika ia tinggalkan
sholat, maka celakalah ia bahkan nabi menyebutnya kafir.
Hadits ini juga menjelaskan tentang
larangan dan hukuman bagi orang yang menyia-nyiakan sholat. Hadist
ini menunjukkan bahwasannya orang yang meninggalkan sholat adalah kafir. Dan
kafir itu sama saja dengan keluar dari rel-rel agama. Jadi orang isalam
tidak sholat lebih parah dibandingkan dengan orang Yahudi dan Nasroni, Yahudi
menyembelih hewan sembelihanya untuk dimakan oleh manusia(sesama Yahudi),
begitu juga nasroni, akan tetapi orang yang meninggalkan shalat kalau
menyembelih maka sembelihannya tidak halal untuk dimakan.
B.
Fungsi Shalat
·
Shalat sebagai tiang agama
الصلاة عماد الدين, فمن اقامها فقد اقام الدين ومن هدمها
فقد هدم الدين. بيهقي
”Sholat itu adalah tiang agama (Islam), maka barangsiapa mendirikannya maka sungguh ia telah mendirikan agama
(Islam) itu dan barangsiapa merobohkannya maka sungguh ia telah merobohkan
agama (Islam) itu”. Baihaqi
Sebuah bangunan,
setelah adanya pondasi yang merupakan asas sebuah bangunan berdiri, kebutuhan
pokok setelah pondasi adalah tiang penyangga, penyokong, soko guru, yang akan
menguatkan bangunan tersebut. Apabila sebuah bangunan memiliki 5 buah pilar
penyangga, maka jika salah satu dari tiang tersebut roboh maka kekuatan atau
kekokohan bangunan tersebut akan berkurang. Demikian seterusnya kekokohan suatu
bangunan akan terus berkurang seiring dengan hilangnya pilar-pilar penyangganya
satu persatu.
Demikian
pula Islam, yang ibaratnya adalah sebuah bangunan dengan syahadat sebagai
pondasinya, dakwah dan jihad sebagai atap pelindungnya, dan sholat yang
merupakan cerminan syariat Islam sebagai pilar penyangganya. Bila kaum muslimin
rajin mendirikan sholat yang 5 waktu, maka berarti mereka telah
mengokohkan pilar-pilar Islam. Sebaliknya, apabila kaum muslimin malas
mendirikan sholat fardhu yang 5 waktu, maka berarti mereka telah
melemahkan Islam itu sendiri dengan ‘merobohkan’ pilar-pilarnya[4].
C.
Definisi Shalat Berjamaah
Shalat berjamaah adalah apabila dua orang salat
bersama-sama dan salah seorang diantara mereka mengikuti yang lain. Orang yang
diikuti (yang di hadapan) dinamakan imam, sedangkan yang mengikuti di belakang
dinamakan makmum[5]. Firman
Allah SWT dalam Q.S An-Nisa ayat 102 : “Dan apabila kamu berada di
tengah-tengahmereka (sahabatmu), lalu kamu hendak mendirikan salat
bersama-samamereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri(salat)
bersamamu”.
Dalam melaksanakan salat berjamaah,
terdapat beberapa syarat sah makmum dalam mengikuti imam, diantaranya :
1.
makmum hendaklah
mengikuti imam. Adapun imam tidak disyaratkan berniat menjadi imam, hal itu
hanyalah sunat, agar ia dapat ganjaran berjamaah.
Sabda Rosulloh:
Artinya : “Sesungguhnya segala amal itu hendaklah dengan niat”.
{Riwayat Bukhari}
2.
Makmum hendaklah
mengikuti imam dalam segala pekerjaannya.
Maksudnya, Makmum hendaklah membaca takbirotul ikhram sesudah imamnya; begitu
juga permulaan segala perbuatan makmum, hendaklah terkemudian dari yang di
lakukan oleh imamnya.
Sabda Rosulullah SAW :
“Sesungguhnya imam itu di jadikan pemimpin supaya di ikuti
perbuatannya. Apabila ia telah takbir, hendaklah kamu takbir; dan apabila ia
rukuk, hendaklah kamu rukuk pula” {Riwayat Bukhari dan Muslim}.
Sabda Rosululloh SAW:
”Sesungguhnya imam itu gunanya supaya di ikuti perbuatannya maka
apabila ia takbir, maka hendaklah kamu takbir, janganlah kamu takbir sebelum ia
takbir, apabila oa rukuk hendaklah kamu rukuk, janganlah kamu rukuk sebelum ia
rukuk. Apbila ia sujud hendaklah kamu sujud ,janganlah kamu sujud sebelum ia
sujud” {Riwayat Ahmad dan Abu Dawud}
Sabda rosulullah SAW:
3.
Mengetahui gerak-gerik
perbuatan imam umpamanya dari berdiri ke rukuk,
dari rukuk ke I’tidal, dari I’tidal ke sujud, dan seterusnya. Baik
dengan melihat imam sendiri, melihat Saf {barisan} yang di belakang imam,
maupun mendengarkan suara imam atau mubalighnya.
4.
keduanya (imam
dan makmum) berada dalam satu tempat, umpamanya dalam satu rumah.
5.
Tempat berdiri
makmum tidak boleh lebih depan daripada imam.yang dimaksud disini ialah lebih
depan ke arah kiblat.
Susunan makmum :
a.
Kalau makmum
hanya seorang, hendaklah ia berdiri di sebelah kanan imam agak ke belakang
sedikit, dan apabila datang orang lain, hendaklah ia berdiri di sebelah kiri
imam. Sesudah takbir, imam hendaklah maju, atau kedua orang itu (makmum)
mundur.
b.
Kalau jamaah itu
terdiri dari beberapa saf, terdiri atas jamaah laki-laki dan dewasa,
kanak-kanak, dan perempuan, hendaklah diatur saf sebagai berikut : di belakang
imam ialah saf laki-laki dewasa, saf kanak-kanak, kemudian saf perempuan.
c.
Saf hendaklah
lurus dan rapat, berarti jangan ada renggang antara yang seorang dengan yang
lain.
6.
Imam hendaklah
jangan mengikuti yang lain.
7.
Aturan salat
makmum dengan salat imam hendaklah sama.
8.
Laki-laki tidak
sah mengikuti perempuan.
9.
Keadaan imam
tidak ummi, sedangkan makmum qari. Artinya imam itu hendaklah orang yang baik
bacaannya.
10.
Makmum janganlah
berimam kepada orang yang ia ketahui tidak sah (batal) salatnya[6].
Salat berjamaah dikenal yang namanya makmum masbuk. Dimana masbuk
ialah orang yang mengikuti kemudian, ia tidak sempat membaca Fatihah beserta
imam di rakaat pertama. Hukumnya yaitu :
·
jika ia takbir
sewaktu imam belum rukuk, hendaklah ia membaca Fatihah sedapat mungkin. Apabila
imam rukuk sebelum habis Fatihah-nya, hendaklah ia rukuk pula mengikuti imam.
Atau didapatinya imam sedang rukuk, hendaklah ia rukuk pula. Ringkasnya
hendaklah ia mengikuti keadaan imam sesudah ia takbiratul ihram.
·
Apabila masbuq
mendapati nimam sebelum rukuk atau sedang rukuk dan ia dapat rukuk yang
sempurna bersama imam, maka ia mendapat satu rakaat, berarti salatnya terhitung
satu rakaat. Kemudian hendaklah kekurangan rakaatnya ditambah jika belum cukup,
yaitu sesudah imam memberi salam. Adapun Fatihahnya ditanggung imam[7].
Sebelum shalat berjamaah dilaksanakan, terdapat seruan adzan.
·
Menjawab Adzan
حدثنا عبد الله بن يوسف قال أخبرنا مالك عن ابن شهاب عن
عطاء بن يزيد
الليثي عن أبي سعيد الخدري أن رسول الله صلى
الله عليه وسلم قال إذا سمعتم
النداء فقولوا مثل ما يقول المؤذن - بخاري
Abdullah bin yusuf menceritakan kepada kami katanya
Malik mengabarkan kepada kami dari Ibnu Syihab dari Atha’ bin yazid Al-laitsy
dari Abu Said al-Khudri r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w.
.bersabda: "Jikalau engkau semua mendengar azan, maka ucapkanlah
,sebagaimana yang diucapkan oleh muazzin." Bukhari[8]
Apabila seorang muslim mendengar adzan, ucapkanlah
perkataan seperti perkataan muadzin, kecuali pada lafal “Hayya ‘alash-shalaah
dan Hayya ‘alal falaah”, hendaklah seorang muslim mengucapkan, “Laa haula wala
quwwata illa billah” – “Tiada daya dan kekuatan, kecuali dengan (kehendak)
Allah.”
Ketika muadzin
mengucapkan, “Qad qamatish-shalaah”, hendaklah seorang muslim
mengucapkan, “Aqaamahallahu wa adaamahaa maa daamatis-samaawaati wal ardh”
– “Semoga allah menegakkan shalat dan mengekalkannya selama masih ada langit
dan bumi.” Pada lafal, “Ash-shalatu khairum-minannauum”, hendaklah
seorang muslim mengucapkan, “Shadaqta wa bararta” – “Kamu benar dan kamu
tidak berdusta.”
Adapun setelah
adzan dikumandangkan, hendaklah seorang muslim berdoa, yang artinya: “Ya Allah,
pemilik seruan yang sempurna dan shalat yang tegak ini, berikanlah wasilah,
keutamaan dan kedudukan mulia kapada Muhammad, sebagaimana hal itu telah Engkau
janjikan kepada beliau.” (HR Ahmad dan Haitsami)
·
Keutamaan Adzan
حدثنا عبد الله بن يوسف قال أخبرنا مالك عن أبي الزناد
عن الأعرج عن أبي هريرة
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال إذا نودي
للصلاة أدبر الشيطان وله صراط
حتى لا يسمع التأذين فإذا قضى النداء أقبل حتى
إذا قضى بالصلاة أدبر حتى
إذا قضى التثويب أقبل حتى يخطر بين المرء ونفسه, يقول
اذكر كذا, اذكر كذا,
لما لم يكن يذكر, حتى يظلّ الرجل لا يدري كم
صلّى- بخاري
Abdullah bin
Yusuf menceritakan kepada kami katanya Malik mengabarkan kepada kami dari Abi
Zanad dari A’raj dari Abu Hurairah r.a., bahwasanya "Rasulullah
s.a.w. bersabda:
"Jikalau
azan dibunyikan untuk shalat, maka membelakanglah syaitan - yakni lari ke
belakang - sambil berkentut, sehingga ia tidak mendengar lagi suara azan
tersebut. Selanjutnya jikalau azan sudah selesai, maka ia datang lagi, sehingga
apabila dibunyikan iqamat, maka sekali lagi ia membelakang, kemudian apabila
bunyi iqamat telah selesai datanglah ia kembali sehingga ia mengusikkan - yakni
menggoda - antara seseorang itu dengan hatinya sendiri sambil mengucapkan:
"Ingatlah ini dan ingatlah itu," yaitu sesuatu yang tidak
diingatnya sebelum ia bersembahyang itu, sampai-sampai seseorang itu tidak lagi
mengetahui, sudah berapa rakaat ia bersembahyang." Bukhari[9]
Hadist ini
menjelaskan tentang keutamaan Adzan yakni hadist yang diriwayatkan oleh Abu
hurairah ra. Ketika Muadzin adzan, syetan lari membelakangi karena tidak
sukamendengar adzan atau suara dzikir. Senandung dengan itu juga ada firman Allah,(Annas:3),perilaku
was-was adalah perbuatan syetan khonnas. Ketika mendengar lafadz Allah
dikumandangkan dia akan menjauhi. Karena syetan benci setiap perkara yang bisa
melahirkan ketaatan kepada Allah SWT.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallambersabda,
إِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلاَةِ، أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لاَ يَسْمَعَ التَّأْذِيْنَ.
"Jika adzan untuk shalat dikumandangkan, maka
setan lari terbirit-birit dan kentut, sehing-ga dia tidak mendengar adzan." Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.[10]
Rasulullah SAW menghendaki 2 faedah yang sangat besar
dari hadist ini yakni:
1. Keutamaan
adzan
2. Menghindarnya
syetan ketika terdengar adzan
Mayoritas
Ulama mensunnahkan mengadzani bayi yang baru lahir agar terhindar dari bisikan
syetan, dan suara pertama yang didengar oleh bayi tersebut adalah adzan atau
dzikir kepada Allah SWT.
D.
Keutamaan Shalat Berjamaah
أخبرنا أبو داود قال هارون هو إبن إسمعيل الخزاز قال
حدثنا همام عن قتادة عن الحسن عن حريث بن قبيصة قال قدمت المدينة قال قلت اللهم
يسر لي جليسا صالحا فجلست إلى أبي هريرة رضي الله عنه قال فقلت إني دعوت الله عز
وجل أن ييسرلي جليسا صالحا فحدثني بحديث سمعته من رسول الله صلى الله عليه وسلم
لعل الله أن ينفعني به قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول إن أول
ما يحاسب به العبد بصلاته فإن صلحت فقد أفلح و أنجح وإن فسدت فقد جاب خسر قال همام
لا أدري هذا من كلام قتادة أو من الرواية فإن انتقص من فريضته شيء قال انظروا هل
لعبدي من تطوع فيكمل به ما نقص من الفريضة ثم يكون سائر عمله على نحو ذالك- النسائي
Abu Daud
mengabarkan kepada kami, Harun bin Ismail al-Huzaz berkata: Humam menceritakan
kepada kami dari Qatadah dari Hasan dari Harits bin Qobishoh berkata aku
------------- ari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w.
bersabda:
"Sesungguhnya pertama-tama
amalan yang seseorang itu dihisab dengannya ialah shalatnya, maka jikalau baik
shalatnya itu, sungguh-sungguh berbahagialah dan beruntunglah ia dan jikalau
rosak, sungguh-sungguh menyesal dan merugilah ia. jikalau seseorang itu ada
kekurangan dari sesuatu amalan wajibnya, maka Tuhan Azzawajalla berfirman:
"Periksalah olehmu semua - hai malaikat, apakah hambaKu itu mempunyai
amalan yang sunnah." Maka dengan amalan yang sunnah itulah ditutupnya kekurangan amalan
wajibnya, kemudian cara memperhitungkan amalan-amalan lainnya itupun seperti
cara memperhitungkan amalan shalat ini." An-Nasa’i
Penjelasan hadist tentang bab keutamaan sholat dan
ancaman yang sangat berat bagi yang meninggalkannya. Oleh sebab itu perkara
yang pertama dihisab pada hari kiamat besok adalah sholat karena sholat
hubungannya langsung kepada Allah SWT. Maka apabila sholatnya seseorang
baik maka dia akan berbahagia dan selamat dari segala siksaan.
Berdasarkan berbagai keterangan dalam Kitab
Suci dan Hadits Nabi, dapatlah dikatakan
bahwa shalat adalah kewajiban peribadatan
(formal) yang paling penting
dalam sistem keagamaan Islam. Kitab Suci banyak
memuat perintah agar kitamenegakkan shalat (iqamat
al-shalah, yakni menjalankannya dengan penuh kesungguhan),
dan menggambarkan bahwa kebahagiaan kaum beriman adalah
pertama-tama karena shalatnya
yang dilakukan dengan penuh kekhusyukan.). Sebuah hadits
Nabi saw. menegaskan, "Yang pertama
kali akan diperhitungkan tentang seorang
hamba pada hari Kiamat ialah shalat: jika baik,
maka baik pulalah seluruh amalnya; dan jika rusak, maka rusak
pulalah seluruh amalnya." Dan sabda beliau
lagi, "Pangkal segala perkara ialah al-Islam (sikap
pasrah kepada Allah), tiang penyangganya
shalat, dan puncak tertingginya ialah perjuangan di jalan
Allah." `
Karena demikian
banyaknya penegasan-penegasan
tentang pentingnya shalat yang kita dapatkan
dalam sumber-sumber agama, tentu sepatutnya kita memahami makna
shalat itu sebaik mungkin. Selain itu, keutamaan shalat berjamaah adalah :
1.
Kebaikan salat
berjamaah melebihi salat sendirian sebanyak 27 derajat.
2.
Setiap langkahnya
diangkat kedudukannya 1 derajat dan dihapuskan baginya satu dosa.
3.
Didoakan oleh
para malaikat.
4.
Terbebas dari
pengaruh atau kekuasaan setan.
5.
Memancarkan
cahaya yang sempurnadi hari kiamat.
6.
Mendapatkan
balasan yang berlipat ganda.
7.
Sarana penyatuan
hati dan fisik, saling mengenal dan saling mendukung satu sama lain.
8.
Membiasakan
kehidupan yang teratur dan disiplin. Pembiasaan ini dilatih dengan mematuhi
tata tertib hubungan antara imam dan makmum.
9.
Merupakan pantulan
kebaikan dan ketaqwaan [11].
Selain keutamaan, juga terdapat hikmah-hikmah
apabila kita melakukan Shalat Berjamaah. Diantaranya :
1.
Shalat mencegah
pelakunya dari melakukan perbuatan keji dan mungkar.
Allah SWT berfirman : ”bacalah apa yang telah
diwahyukan kepadamu, yaitu Al-kitab(Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.
Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Al-‘Ankabut
[29]: 45).
2.
Shalat
membersihkan orang yang mendirikannya dari sifat-sifat tercela.
3.
Shalat membuat
para malaikat mendoakan orang yang mendirikannya, shalat juga mendekatkan orang
yang mendirikannya kepada Allah.
4.
Shalat merupakan
cahaya bagi orang beriman di dunia dan akhirat.
5.
Di surga ada
pintu masuk khusus untuk orang-orang yang menjaga shalatnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
[1]Ibnu
Hajar Al-Asqalani, Terjemah Bulughul Maram, (Jakarta: Pustaka Imani,
2000) Hal 112.
[2]Abdul Kahfi, Sholat, Dzikir, dan Doa
(Jakarta: Kuwais, 2010), Hal 8.
[3]Imam Taqiyudin Abubakar Bin Muhammad Alhusaini, Kifayatul Akhyar, (Surabaya:
Bina Iman, 1994) Hal 180.
[4]Orang Islam, Status Hadits Shalat Tiang Agama, www.islamclarify.cf/2014/12/status-hadits-shalat-tiang-agama.html,
diakses 20 Maret 2016 pukul 15.00.
[5]Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar
Baru Algensindo, 2011) Hal 106.
[6]Sulaiman Rasjid, Opcit., Hal 109-113
[7]Sulaiman Rasjid, Opcit., Hal 114
[10] Shahih al-Bukhari, Kitab al-Adzan, Bab Fadhl
at-Ta'dzin, 2/84, no. 608; dan Shahih Muslim, Kitab
ash-Shalah, Bab Taswiyah ash-Shufuf, 1/294, no. 389
[11]Sulaiman Rasjid, Opcit., Hal 107.
[12]Abdul Kahfi, Opcit., Hal 8.
Casinos Near You in St. Louis - JTM Hub
BalasHapusExplore the closest casinos to you in 거제 출장안마 St. Louis, MO with 창원 출장마사지 JTM's 평택 출장샵 interactive map. 제주 출장안마 View your location, see attractions, and 전라북도 출장안마 explore historic landmarks.