HOME

SELAMAT DATANG DI BLOG RIZQI

Kamis, 09 Juni 2016

METODE QIROATI


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pengajaran  baca  tulis  Al - Qur‟an  merupakan  salah  satu  kewajiban  yang harus dilaksanakan atau dipelajari oleh setiap orang Islam karena merupakan salah satu cara  memahami  Al - Qur‟an dengan baik, dan ada kaitannya dengan  ibadah ritual seperti shalat, haji, dan do‟a
 Dalam belajar membaca  ataupun menulis Al Qur‟an  tentunya tidak  langsung bisa, akan tetapi  harus  melalui tahapan- tahapan. Ada beberapa metode dalam pembelajaran membaca ataupun menulis Al-Quran karena  dalam  pengajaran  baca  tulis  Al- Qur‟an  juga  diperlukan  suatu metode yang praktis dan cepat. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran tersebut adalah metode Qiroati, metode Qiroati merupakan salah satu metode yang secara  langsung  tanpa  dieja  dan  membiasakan  membaca  secara  tartil  sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
Dan makalah ini disusun untuk mengetahui mengenai Metode Qiroati yang saat ini berkembang di Taman Pendidikan Al-Quran Al-Huda di daerah Cluuring Banyuwangi.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar Belakang tersebut disini ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas disini, antara lain :
1.      Bagaimana sejarah lahirnya metode Qiroati?
2.      Apa pengertian metode Qiroati?
3.      Bagaimana penerpan metode Qiroati?
C.    Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, dapat diketahui tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengatahui sejarah lahirnya metode Qiroati.
2.      Untuk mengatahui pengertian metode Qiroati.
3.      Untuk mengatahui penerapan metode Qiroati.
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Sejarah Lahirnya Metode Qiroati
Sebelum adanya Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKQ),  pendidikan Al-Qur’an di Indonesia masih menggunakan sistem “pengajian  anak-anak” di musholah, langgar, masjid bahkan dirumah-rumah. Metode pengajarannya dengan menggunakan turutan, yakni Al-Qur’an juz 30 yang dilengkapi dengan petunjuk membaca Al-Qur’an. Metode ini disusun oleh ulama’ dari baghdad, sehingga metode ini dikenal dengan nama “Qoidah Baghdadiyah”. Qoidah ini telah terbukti menciptakan ulama’-ulama’ besar yang ahli dalam bidang Al-Qur’an. Namun pada saat ini mayoritas umat Islam, khususnya anak-anak mulai enggan mengaji dengan menggunakan turutan, karena dianggap kurang praktis dan efisien, terutama bagi mereka yang ingin bisa membaca Al-Qur’an lebih cepat dan praktis.
Melihat gejala seperti ini, banyak para ulama mencoba mencarikan atau menyajikan alternatif yang lebih menarik dan memudahkan anak-anak dalam belajar membaca Al-Qur’an.Tetapi alternatif yang ditawarkan selalu mengalami kegagalan, karena tidak dada bukti keberhasilanya. Di samping itu juga ada suatu pandangan atau kesepakatan yang tidak tertulis, bahkan kalau mengajar mengaji harus mamakai turutan. Sehingga metode baru yang ditawarkan hanya dipandang sebelah mata. Pada pertengahan tahun 1986 umat Islam dibuat lega dengan adanya metode atau model pengajian anak-anak yang baru, yakni pendidikan Al-Qur’an anak-anak untuk usia 4 – 6 tahun yang dirintis oleh Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy Semarang. Karena pendidikannya seperti Taman Kanak-kanak umum, maka lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKQ). Keberadaan TKQ ini tidak terlepas dari usaha Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy dalam mencari metode belajar membaca Al-Qur’an yang telah dirintis dan diuji coba sejak tahun 1963.
Pada tahun 1963 Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy mulai mengajar ngaji kepada anak-anaknya dan anak-anak tetangganya dengan menggunakan turutan. Akan tetapi ternyata hasilnya kurang memuaskan, dimana anak-anak hanya mengahafal saja. Jika petang Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy mengajar ngaji, sedangkan pada siang harinya berdagang . pada saat berkesempatan mengambil barang di luar kota, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Pekalongan, yogyakarta dan kota-kota lainnya, beliau selalu menyempatkan diri untuk meneliti dan mengamati pengajian anak-anak yang ada di mushalla, langgar dan masjid setempat. Ternyata hasilnya tidak jauh berbeda dengan yang dialami beliau.
Berdasarkan rasa tidak puas dengan hasil dari mengaji dengan kitab turutan itu, maka beliau mencoba menyusun metode baru yang lebih efektif dan efisien. Akhirnya berkat inayah, hidayah dan rahmah dari Allah SWT, Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy berhasil menyusun metode praktis belajar membaca Al-Qur’an yang tersusun menjadi sepuluh jilid. Atas saran dua orang ustadz, yakni ustadz Joened dan ustadz Sukri Taufiq metode ini diberi nama “Metode Qiroaty”, yang berarti ‘inilah bacaan Al-Qur’anku yang tartil’. Metode Qiroati ini langsung mengajarkan bunyi huruf, yaki huruf-huruf yang berkharokat tanpa dieja dan mengenalkan nama-nama huruf secara acak serta langsung memasukkan bacaan yag bertajwid secara praktis bukan teoritis. Melihat keberhasilan Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy dengan metode Qiroatinya pada tahun 1966, H.Ja’far, seorang ulama’ semarang, mengajak beliau sowan kepada K.H. Arnawi Kudus untuk menunjukkan buku qiroatinya. Dan Alhamdulillah, setelah diteliti dan dikoreksi, mendapat restu beliau.
Setelah mendapat restu K.H Arwani buku Qiroati mulai dikenalkan kepada masyarakat semarang sekitarnya. Pada bulan Mei 1986, Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy diajak oleh salah satu wali murid, sukito, untuk silaturrahim dan menyaksikan Ponpes Al-Qur’an Anak-anak “Mambaul Hisan”di Sedayu Gresik, yang berdiri pada tahun 1965 yang diasuh K.H. Muhammad. Beliau merasa prihatin melihat anak-anak kecil di bawah umur 7 tahun, yang terpisah dari orang tuanya, dan semestinya anak-anak tersbut masih membutuhkan kasih sayang mereka. Akan tetapi dalam mengaji bacaan Al-Qur’an mereka kurang tartil.
Dari hasil kunjungan tersebut, beliau dapat menyimpulkan bahwa anak di bawah usia balita mampu diajarkan membaca Al-Qur’an. Sepulang dari gresik, selama sebulan tepatnya di bulan Ramadhan, ust. H. Dahlan Salim Z, menyusun kembali buku Qiroati untuk usia taman kanak-kanak yang diambil dari qiroati 10 jilid. Kemudian dibukalah pendidikan Al-Qur’an untuk anak-anak usia 4-6 tahun pada tanggal 1 juli 1986. inilah Taman Kanak-Kanak pertama di Indonesia. Kemudian atas saran KH. Hilal Sya’ban yang juga direstui oleh KH. Turmudzi Taslim, TKQ tersebut diberi nama “Roudlotul Mujawwidin”. Sebenarnya awal berdirinya merupakan percobaan, mungkinkah anak-anak usia TK (4-6 tahun) mampu membaca Al-Qur’an. Pada hari pertama pembukaan, jumlah muridnya 26 anak dan tempat pendidikannya meminjam rumah Sdr. Ir. Abdullah, Kampung Wotprau 77, Semarang.
Setelah berjalan kurag lebih 3 bulan, jumlah muridnya mencapai 70 anak. Proses belajar mengajar berlangsung setiap sore selama 1 jam, mulai jam 16.00 sampai 17.00 WIB. Sekalipun berdirinya TKQ merupakan percobaan dengan rencana 4 tahun hatam 30 juz, diluar dugaan ternyata dalam 2 tahun, tepatnya 1 juli 1988 telah menghatamkan yang pertama sebanyak 20 siswa putra/putri. Khatam dengan bacaan tajwid dan ghorib. Lahirnya TKQ Roudlotul Mujawwidin ini mendapat sambutan yang sangat menggembirakan, sehingga di beberapa tempat berdiri pula lembaga-lembaga pendidikan Al-Qur’an di Indonesia. Selain itu, di negeri jiran mulai berdiri pula TKQ dengan menggunakan metode Qiroati Malaysia, Serawak, Singapura, Brunai Darussalam dan Thailand.
B.  Pengertian Metode Qiro’ati
Metode qiroati adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qoidah ilmu tajwid. Metode Qiroati merupakan metode yang yang bisa dikatakan metode membaca al-qur'an yang ada di Indonesia, yang terlepas dari pengaruh arab. Metode ini pertama kali disusun pada tahun 1963, hanya saja pada waktu itu buku metode qiroati belum disusun secara baik. Dan hanya digunakan untuk mengajarkan anaknya dan beberapa anak disekitar rumahnya, sehingga sosialisasi metode qiroati ini sangat kurang. Berasal dari metode qiroati inilah kemudian banyak sekali bermunculan metode membaca al-qur'an seperti metode Iqro', metode AnNadliyah, metode Tilawaty, metode Al-Barqy dan lain sebagainya. Diawal penyusunan metode qiroati ini terdiri dari 6 jilid, dengan ditambah satu jilid untuk persiapan (pra-TK), dan dua buku pelengkap dan sebagai kelanjutan dari pelajaran yang sudah diselesaikan, yaitu juz 27 serta ghorib Musykilat (kata-kata sulit).
C.  Penerapan Metode Qiroati
·         Visi Qiroati
Membudayakan Membaca al-Quran dengan Tartil
·         Misi Qiroati
1.  Mengadakan pendidikan al-Quran untuk menjaga, memelihara kehormatan dan kesusian al-Quran dari segi bacaan yang tartil
2. Menyebarkan ilmu dengan memberi ujian memakai buku Qiraati hanya bagi lambaga-lembaga/guru-guru yang taat, patuh, amanah dan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh coordinator
3.  Mengingatkan para guru agar berhati-hati jika mengajarkan al-Quran
4.  Mengadakan pembinaan para guru/calon guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan pengajaran al-Quran
5.  Mengadakan Tashih untuk calon guru dengan obyektif
6.  Mengadakan bimbingan metodologi bagi calon guru yang lulus tashih
7. Mengadakan tadarus bagi para guru ditingkat lembaga atau MMQ yang diadakan oleh koordinator Menunjuk atau memilih koordinator, kepada sekolah dan para guru yang amanah/ profesional dan berakhlakul karimah. Memotivasi para koordinator, kepada sekolah dan para guru senantiasa mohan petunjuk dan pertolongan kepada Allah demi kemajuan lembaganya dan mencari keridlaan-Nya.
·         Ciri-Ciri Qiraati
1.  Tidak di dijual secara bebas
2.  Guru-guru lewat tashih dan pembinaan
3.  Kelas TKP/TPQ dalam disiplin yang sama.
4.  Prinsip-prinsip Dasar Qiroati
Demi lebih efektif dan efisiennya metode Qiroati, prinsip-prinsip  yang harus diperhatikan oleh ustadz/dzah dan santri adalah:
a.  Prinsip yang harus dipegang oleh guru
1) Daktun (tidak boleh menuntun)
Dalam hal ini ustadz-ustadzah hanya menerangkan pokok pelajaran, memberikan contoh yang benar, menyuruh santri membaca sesuai dengan contoh menegur bacaaan yang salah, menunjukkan kesalahan bacaan dan memberitahukan seharusnya bacaan yang benar.
2) Tiwagas (teliti, waspada dan tegas)
Teliti artinya dalam memberikan contoh atau menyimak ketika santri membaca jangan sampai ada yang salah walaupun sepele.Waspada artinya dalam memberikan contoh atau menyimak santri benar-benar diperhatikan ada rasa sambung dari hati ke hati. Tegas artinya dalam memberikan penilaian ketika menaikkan halaman atau jilid tidak boleh banyak toleransi, raguragu atau pun segan, penilaian yang diberikan benar-benar obyektif.

b.  Prinsip yang harus dipegang oleh santri
1) CBSA+M : Cara Belajar Santri Aktif dan Mandiri
Santri dituntut keaktifan, kosentrasi dan memiliki tanggung jawab terhadap dirinya tetntang bacaan Al-Qur’annya. Sedangkan ustadz-ustadzah sebagai pembimbing, motivator dan evaluator saja.
Menurut Zuhairini fenomena adanya CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) perlu dipertimbangkan untuk lebih mengembangkan potensi-potensi siswa secara individual. Dalam hal ini guru bertugas memberikan bimbingan dan pengarahan kepada siswa secara aktif. Untuk itu dalam CBSA diharapkan yang aktif tidak hanya siswanya tetapi juga gurunya.
2) LCTB : Lancar Tepat Cepat dan Benar
Lancar artinya bacaannya tidak ada yang mengulangulang. Cepat artinya bacaannya tidak ada yang putus-putus atau mengeja. Tepat artinya dapat membunyikan sesuai denganbacaan dan dapat membedakan antara bacaan yang satu dengan laiannnya. Benar artinya hukum-hukum bacaan tidak ada yang salah.
5.  Metode Penyampaian Qiroati
a.  Kunci-Kunci Pengajaran Metode Qiraati
i)  Praktis
Artinya : langsung (tidak dieja)
Contoh :اَ  بَ baca,  A-BA (bukan Alif fatha A, Ba fatha BA), dan dibaca pendek. Jangan di baca panjang Aa Baa, atau Aa Ba atau, A Baa
ii) Sederhana
Artinya : kalimat yang dipakai menerangkan diusahakan sederhana asal dapat difahami, cukup memperhatikan bentuk hurufnya saja, jangan menggunakan keterangan yang teoritis/devinitif.
Cukup katakan : Perhatikan ini ! بَ  Bunyinya = BA
Cukup katakan : Perhatikan titiknya !. ini BA, ini TA, dan ini TSA. Dalam mengajarkan pelajaran gandeng, jangan mengatakan : “ini huruf didepan, ditengah atau dibelakang”,
 contohnya seperti : مَ / ﻩـ- ـﻩـ  م-
Cukup katakan : semua sama bunyinya, bentuknya memang macam-macam. Yang penting dalam mengajarkan Qiroaty adalah bagaimana anak biasa membaca dengan benar. Bukan masalah otak-atik tulisan, oleh karena itu disini tidak diterangkan tentang huruf yang bisa di gandeng dan yang tidak. Sederhana saja !
iii)  Sedikit Demi Sedikit, Tidak Menambah Sebelum Bisa Lancar
Mengajar Qiroati tiudak boleh terburu-buru, ajarkan sedikit demi sedikit asal benar, jangan menambah pelajaran baru sebelum bisa dengan lancar, bacaan terputus-putus. Guru yang kelewat tolenransi terhadap anak degan mengabaikan disiplin petunjuk ini akibatnya akan berantakan, sebab pelajaran yang tertumpuk dibelakag menjadai beban bagi anak, ia justru bingung dan kehilangan gairah belajar. Jika disuruh mengulang dari awal jelas tidak mungkin, ia akan malu, dan akhirnya ia akan enggan pergi belajar. Guru yang disiplin dalam menaikkan pelajaran hasilnya akan menyenangkan anak itu sendiri, semakin tinggi jilidnya semakin senang, karena ia yakin akan kemampuannya, dan insyaallah akan tambah semangat menuntaskan pelajarannya. Disiplin ini memang mengundang reaksi besar baik dari santri maupun dari wali santri, oleh karenanya guru dituntutdapat berpegang teguh, tidak kehilangan cara dengan mengorbankan disiplin tersebut. Disinilah perlu adanya seni mengajar itu.
iv)  Merangsang Murid Untuk Saling Berpacu
Setelah kita semua tau mengajarkan Qiroaty tidak boleh menambah pelajaran baru sebelum bisa membaca dengan benar dan cepat, maka cara yang tepat adalah menciptakan suasana kompetisi dan persaingan sehat dalam kelas, cara ini insya Allah akan memacu semangat dan mencerdaskan anak. KH. Daahlan telah merintis agar terjadi suasana ini dalam sekolah dengan terbaginya buku Qiroaty dalam bentuk berjilid, karena secara otomatis setiap anak naik jilid semangat dan gairah ikut kembali baru pula.
Kenaikan kelas sebaikya diadakan beberapa bulan sekali dengan menggunakan standar pencapaian pelajaran Qiroaty, karena dengan demikian anak yang tertinggal dalam kelas akan malu dengan sendirinya.
v) Tidak Menuntun Untuk Membaca
Seorang guru cukup menerangkan dan membaca berulang-ulang pokok bahasan pada setiap babnya sampai anak mampu membaca sendiri tanpa dituntun latihan di bawahnya. Metode ini bertujuan agar anak faham terhadap pelajrannya, tidak sekedar hafal. Karena itu guru ketika mengetes kemampuan anak boleh dengan cara melompat-lompat, tidak urut mengikuti baris tulisan yang ada. Apabila dengan sangat terpaksa guru harus dengan menuntun, maka dibolehkan dalam batas 1 sampai 2 kata saja. Metode ini pada awal dekade 1980 an, oleh kalangan pendidikan dikenal dengan istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).
vi)  Waspada Terhadap Bacaan Yang Salah
Anak lupa terhadap pelajaran yang lalu itu soal biasa dan wajar, anak lupa dan guru diam itulah yang tidak wajar. Terlalu sering anak membaca salah saat ada guru dan gurunya diam saja, maka bacaan salah itu akan dirasa benar oleh murid, dan salah merasa benar itulah bibit dari salah kaprah. Maka agar ini tidak terus menerus terjadi dalam bacaan Al-Qur’an, maka harus waspada setiap ada anak baca salah tegur langsung, jangan menunggu sampai bacaan berhenti. Kewaspadaan inilah cara satu-satunya memberatas salah kaprah itu. Keberhasilan guru mengajar tartil dan fashih adalah tergantug pada peka atau tidaknya guru mendengar anak baca salah.
vii)  Driil (bisa karena biasa)
Metode drill banyak tersirat pada buku Qiroaty, adapun yang secara khusus menggunakan metode ini adalah pada pelajaran : Ghorib Ilmu Tajwid, dan Hafalan-hafalan Biarpun tanpa ada kewajiban menghafal di rumah, insyaallah dengan metode drill ini semua pelajaran hafalan akan hafal dengan sendirinya.
Selain metode diatas agar proses belajar mengajar sesuai dengan apa yang diharapkan, maka harus memakai strategi mengajar. Dalam mengajar al-qur’an dikenal beberapa macam strategi.
viii)  Strategi mengajar secara umum (global)
1.      Individual atau privat
Santri bergiliran membaca satu persatu, satu atau dua halaman sesuai dengan kemampuannya
2.      Klasikal-individual
sebagian waktu digunakan guru untuk menerangkan pokokpokok pelajaran secara klasikal sekedar 2 atau 3 halaman. Dan sebagian lagi untuk individual
3.      Klasikal baca simak
Strategi ini digunakan untuk mengajarkan membaca dan menyimakk bacaan Al-Qur’an orang lain. Dasar yang digunakan adalah firman Allah SWT di surat Al-A’rof ayat 204 : Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”
ix) Strategi mengajar secara khusus (detail)
Agar kegiatan belajar mengajar Al-qaur’an dapat berjalan dengan baik sehingga tercapai keberhasilan yang maksimal maka perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut :
1.  Guru harus menekan kelas, dengan memberi pandangan menyeluruh terhadap semua santri sampai semuanya tenang, kemudian mengucapkan salam dan membaca do’a iftitah.
2.  Pelaksanaan pelajaran selama satu jam ditambah 15 menit untuk variasi (do’a-do’a harian, bacaan sholat, do’a ikhtitam atau hafalan-hafalan lainnya).
3.  Usahakan setiap anak mendapat kesempatan membaca satu persatu.
4.  Wawasan dan kecakapan anak harus senantiasa dikembangkan dengan sarana dan prasarana yang ada.
5.  Perhatian guru hendaknya menyeluruh, baik pada anak yang maju membaca maupun yang lainnya.
6.  Penghayatan terhadap jiwa dan karakter anak sangat penting agar anak tertarik dan bersemangat untuk memperhatikan pelajaran. Jika ada yang diam terus dan tidak mau membaca maka guru harus tetap membujuknya dengan sedikit pujian.
7.  Motivasi berupa himbauan dan pujian sangat penting bagi anak, terutama anak Pra TK. Anak jangan selalu dimarahi, diancam atau ditakut-takuti. Tapi kadang kala perlu dipuji dengan kata-kata manis, didekati serta ucapan dan pendapatnya ditanggapi dengan baik.
8.  Guru senantiasa menanti kritik yang sifatnya membangun demi meningkatkan mutu TKQ. Jangan cepat merasa puas.
9.  Jaga mutu pendidikan dengan melatih anak semaksimal mungkin.
10. Idealnya untuk masing-masing kelas/jilid terdiri dari :
a. Pra Taman Kanak-kanak           : 10 anak
b. Jilid                                           : 15 anak
c. Jilid II – Al-Qur’an                   : 20 anak Masing-masing dengan seorang guru.
11. Agar lebih mudah dalam mengajar, sebaiknya disediakan alatalat peraga dan administrasi belajar mengajar di dalam kelas, antara lain : Buku Data Siswa, Buku Absensi Siswa, Kartu/Catatan Prestasi Siswa (dipegang siswa), Dan lain-lain.
b.  Pokok-pokok Pelajaran Qiroati
·         Jilid I
Hal.
Pokok Pelajaran
1 – 28
Pengenalan baca اَ - يَ  dengan dua atau tiga kelompok huruf, cara bacanya cepat dan tepat, tidak boleh panjang, lambat atau putus.
31
Iniبَ تَ ثَ ini juga بَتَثَ
32
Ini جَ  ini juga ـَﺟ
33
Ini سَ   ini juga  ـَﺳ, ini ـَﺷ
34
Iniصَ  ini juga ـَﺻ, Ini ـَﺿ
35
Ini عَ ini juga ـَﻋ, ini  ـَﻏ
Iniجَ عَ لَ  ini jugaجَعَلَ , iniبَ لَ غَ  ini juga بَلَغَ
36
Ini كَ ini juga كـَ
37
Iniنَ  ini juga نـ
38
Iniهَ  ini   ـَﻬـini ﻪَ  ـ ini jugaـَه
39
Ini ءَ  ini أَ  ini  ئـini ؤَ  ini juga ئَ
40
Ini يَ  Ini juga  يـَ
·         Jilid II
Hal.
Pokok Pelajaran
1
Coret diatas namanya Fathah bersuara A, coret dibawah namanya kasroh bersuara I bukan e.
6
Harokat seperti koma ( )namanya dhummah bersuara u bukan o
11
Coret dua diatas (  ­­­_ً ) namanya fathahtain atau fathah tanwin bersuara “an”
13
Coret dua dibawah ( ) namanya kasrohtain atau kasroh tanwin bersuara “in” bukan “en”
16
Harokat seperti koma berekor (  ) namanya dlummahtain atau dlummah tanwin bersuara “un” bukan “on”
20
Ini ةٌ  ini   ﺔٌ  ـini juga  ةٌ
23
Setiap fathah diikuti alif dibaca panjang
33
Setiap fathah berdiri dibaca panjang seperti fathah diikuti alif.
36
Setiap kasroh diikuti ya sukun dibaca panjang seperti fathah diikuti alif.
40
Setiap dlummah diikuti wawu sukun dibaca panjang seperti fathah diikuti alif
42
ال م  ال ر  ال م ر  ال م ص namanya : huruf fawaatichus suwar.

·         Jilid III
Hal. 
Pokok Pelajaran
1
Setiap dlummah diikuti wawu sukun ada alif atau tidak ada alifnya dibaca sama panjangnya.
2
Fathah berdiri, kasroh berdiri dan dlummah terbalik, dibaca sama panjangnya.
4
Setiap lam sukun suaya ditekan membacanya.
6
Setiap alif lam sukun dibaca seperti lam sukun.
10
Semua huruf bersukun supaya ditekan membacanya.
18
Di halaman ini fawaatichus suwardibaca sesuai huruf aslinya (belum bertajwid)
19
Dlummah diikuti wawu sukun dibaca panjang bersuarau “uu” fathah diikuti wawu sukun dibaca pendek bersuaraAU” bukan AO
25
Baca ْم (mim sukun) Am Im Um, ْس (sin sukun) As, Is Us, dan seterusnya.
26
Setiap membaca “Alif Lam Sukun Alif Fathah” supaya berhati-hati.
28
Fathah diikuti wawu sukun dibaca pendek, bersuaraAU” bukan AO
30
Fathah diikuti ya sukun juga dibaca pendek bersuaraAI” bukan AE
31
Ra sukun didahului fathah atau dlummah dibaca tebal (mecucu), Ra sukun didahului kasrah dibaca tipis (mencibir).
35
Setiap membaca hamzah sukun – ‘Ain sukun supaya berhati-hati.
37
bawah garis dibaca seperti halaman 25

·         JILID IV
Hal.  
Pokok Pelajaran
1
Setiap nun sukun harus dibaca dengung
3
Cara membaca fawaatichus suwar ada empat :
~ Dibaca sesuai huruf aslinya
~ Dibaca menurut tajwidnya
~ Dibaca menurut hrokatnya
~ Dibaca tanpa putus suaranya
5
Setiap tanwin harus dibaca dengung seperti dengungnya nun sukun.
7
Setiap ada tanda layar diatas, supaya dibaca panjang 2 1/2alif atau lima harokat.
12
Setiap nun bertasydid harus dibaca dengung yang lama
13
Setiap mim bertasydid harus dibaca dengung yang lama
19
Setiap huruf bertasydid selain mim dan nun membacanya harus ditekan
23
Setiap Alif Lam di ikuti huruf bertasydid, maka alif lamnya tidak dibaca.
25
Dlummah diikuti wawu tak bersukun dibaca pendek
30
Semua mim sukun dibaca jelas, kecuali mim sukun bertemu dengan mim harus dibaca dengung yang lama.
32
Setiap nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf mim, suaranya berubah menjadi mim sukun, dan dibaca dengung yang lama disertai bibir terkatub.
36
Setiap nun sukun / tanwin bertemu lam suaranya ditukar dengan lam sukun dan tidak boleh dibaca dengung.
39
Setiap nun sukun atau tanwin bertemu dengan Ra, suaraya ditukar dengan Ra sukun dan tidak boleh dibaca dengung.

·         Jilid V
Hal.  
Pokok Pelajaran
1
Nun sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf wawu, suaranya masuk ke huruf wawu dan dibaca dengung.
2
Setiap kalimat yang diwaqofkan, huruf terahirnya dibaca mati.
5
Nun sukun atau tanwin jika berhadapan dengn huruf  Ya, suaranya masuk kehuruf Ya dan dibaca dengung.
6
Setiap fathahtain atau fathah berdiriwaqofnya dibaca fathah dan panjang 1 alif.
8
Lafadz Allah didahului kasroh dibaca tarqiq atau tipis,
Lafadz Allah didahului fathah atau dlummah dibaca tafhim atau tebal
11
Sebelum huruf terahir dibaca panjang waqofnya dibaca panjang1, 2 atau 3 alif Sebelum huruf terahir di baca pendek waqofnya dibaca pendek.
12
Nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf Ba, suaranya berubah menjadi mim sukun dan dibaca dengung disertai bibir terkatub.
14
Mim sukun tidak boleh dibaca dengung kecuali mim sukun bertemu dengan huruf Ba, harus dibaca dengung yang lama.
16
Setiap Ba sukun, Dal sukun harus dibaca qolqolah atau memantul.
18
Setiap jam sukun harus dibaca qolqolqh atau memantul
23
Ta Marbuthoh berkharaokat apa saja, jika diwaqofkan suaranya berubah menjadi Ha sukun.
24
Setiap Qof sukun harus di baca qolqolah atau memantul.
28
Setiap Tho sukun harus dibaca qolqolah atau memantul
34
Setiap ada nun kecil diatas harus dibaca jelas tidak boleh dibaca dengung.
38
Setiap ada layar diatas bertyemu tasydid, supaya dibaca 3 alif / 6 harokat.

·         Jilid VI
Hal.
Pokok Pelajaran
1
Nun sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf Hamzah tidak boleh dibaca dengung.
5
Nun sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf Hamzah, Cha tidak boleh dibaca dengung
8
Nun sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf Hamzah, Cha, Kho tidak boleh dibaca dengung
12
Nun sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf Hamzah, Cha, Kho, Ain tidak boleh dibaca dengung
15
Nun sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf Hamzah, Cha, Kho, ‘Ain, Ghoin tidak boleh dibaca dengung
19
Nun sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf Hamzah, Cha, Kho, ‘Ain, Ghoin Ha tidak boleh dibaca dengung
22
Setiap ada ILLA (الا), supaya dibaca washol (terus), Semus tulisan ANA, Na-nya dibaca pendek.

c.  Cara Mengajar Qiroati
·         Qiroati Jilid I
~ Materi Pelajaran :
1.  Bacaan huruf-huruf berkharakat fatkhah yang di baca secara langsung tanpa mengeja.
2.  Nama-nama huruf hijayyah; dari Alif s.d Ya
3.  Bacaan huruf berangkai dalam satu suku kata secara lancar
~ Cara mengajar :
1.  Cara mengajar halaman 1 s.d 30 adalah sama. Dibaca langsung   ا ب, tanpa mengeja. Membacanya dengan cepat, tidak putus-putus. Agar siswa cepat dan lancar dalam membaca, guru bisa membantu dengan irama ketukan. Sekiranya para siswa belum lancer atau belum faham, dapat dilakukan upaya sebagai berikut :
Langkah pertama :
Memberi contoh bacaan   ا ب, menunjuk bacaan huruf satu persatu mulai dari   اyang mudah dahulu, kemudian selanjutnya  ا بsecara acak, begitu pula untuk bacaan huruf-huruf yang lain s.d  ي, jika perlu.
Langkah kedua :
Jika siswa sudah memahami masing-masing huruf, maka siswa di suruh mencoba membaca rangkaian dua huruf dan agar lancar membaca bantulah dengan ketukan.
Langkah ke tiga :
Jika siswa sudah lancer membaca dua rangkaian , maka selanjutnya siswa diperkenankan mencoba membaca rangkaian tiga huruf. Sekali lagi bantulah dengan ketukan.
2.  Pelajaran didalam kotak, baris paling bawah pada setiap halaman adalah termasuk yang harus dibaca oleh siswa, yakni pelajaran nama-nama huruf hijayyah. Cara mengajarnya ialah dengan membaca secara berkelompok. Setelah memahami baru kemudian secara acak ditunjuk satu persatu huruf tersebut.
3.  Cara mengajar dari halaman 31 s.d 40 adalah sama, yakni membaca huruf-huruf yang disambung. Siswa diminta agar memperhatikan jumlah titik dan letak titiknya, serta memperhatikanbentuk tulisan hurufnya
4.  Pada halam 44 siswa harus lancer membaca dalam rangkaian kalimat yang terdiri dari tiga suku kata.
·         Qiroati Jilid II
~ Materi Pelajaran
1.  Membaca huruf-hurf hijayyah berkharakat : kasroh, dhommah, tanwin (fatkhah, kasroh, dhommah).
2.  Pengenalan nama-nama kharokt dan engka arab.
3.  Bacaan mad (panjang), yakni mad thabi'I (panjang satu alif atau dua harokat).
~ Cara mengajar
1.  Cara mengajar Qiroati jilid 2 hampir sama dengan jilid satu, untuk bacaan-bacaan huruf berkharokat kasroh, dhommah dan tanwin, bias dibantu dengan ketukan irama yang cepat.
2.  Pada bacaan-bacaan mad (panjang), sebaikya boleh dibaca melebihi panjangnya 1 alif (tingkat bacaan tahqiq, biasa digunnakan dalam belajar mengajar) : hal ini untuk melatih dan membiasakan pada bacaan panjang. Pada bacaan ini guru harus lebih waspada dalam menyimak bacaan para siswanya.
·         Qiroati Jilid III
~ Materi Pelajaran :
1.  Bacaan mad thabii yang belium diajarkan di jilid 2.
2.  Bacaan huruf-huruf yang dimatikan (bertanda sukun), antara lain :  ل dan bacaan Al Qomariyah,  ر م س perbedaan ء dengan ع   dan ف
3. Dengan mempelajari bacaan huruf-huruf sukun diatas, berarti juga sekaligus menunjukkan makhorijil hurufnya. Selain huruf-huruf sukun yang tersebut di atas, pada beberapa halaman latihan oleh penyusunnya juga diselipkan beberapa huruf sukun yang lain yang hamper sama (berdekatan) dengan huruf-huruf sukun di atas, seperti ت  ث  ح  ص  ش :   dan  ك . disini guru dituntut ketelitian dan kewaspadaannya.
4.  Bacaan harfu Lin  اي) dan (ا و
~ Cara Mengajar
1. Dalam mengajarkan bacaan huruf-huruf bertanda sukun, kita harus menjelaskan kepada siswa bahwa huruf-huruf bertanda sukun harus dibaca jelas dan ditekan membacanya. Dalam membacanya tidak boleh ada tawallud (suara tambahan. Berbunyi "a" seperti ALLE, ASSE dsb) . atau melamakan bunyi huruf sukunnya. Seperti ALLL, ASSS, dst. Untuk menghindari bunyi tawallud, bantulah dengan ketukan ketika membacanya.
2.  Untuk mengajarkan perbedaan suara dengan guru agar memberikan contoh secara benar berulang-ulang. Serta melatih dan mengingatkan para siswa secara intensif dengan tepat. Demikian pula untuk makhorijul huruf.
3.  Dalam menerangkan dan memberi contoh bacaan harfu Lin guru harus hati-hati, misalnya :
لول dibaca LAULA (dengan bibir mecucu) bukan LAOLA dan dibaca dengan cepat, bukan panjang.
ليل dibaca LAILA Bukan LAELA dan dibaca dengan cepat.
·         Qiroati Jilid IV
~ Materi Pelajaran :
1.  Bacaan-bacaan
2.  Makharijul huruf
a.  Ikhfa' haqiqi
b.  Mad wajib dan mad Jaiz (~)
c.  Ghunnah ( ن dan م dinaca dengung)
d.  Adzhar Syafawi dan Idghom Mitsli
e.  Idghom Bighunnah (untuk م dan  ن)
f.  Idghom Bilaghunnah (ل dan ر)
وٌاyang dbaca pendek. Huruf-huruf bertasydid selain ن dan  م, serta bacaan AsySyamsyyah.
3.  Cara membaca huruf-huruf "awalihus Suwar" (huruf-huruf diawal surat Al-Qur'an). Seperti الم. حم dan lain-lain.
~ Cara Mengajar :
1.  Dalam mengajarkan bacaan ikhfa' haqiqi, diterangkan bahwa selain ٌ  ٍ  ً    ْن  dibaca dengung (dengungnya ikhfa'). Guru agar berusaha memberikan contoh dengungnya bacaan ikhfa' dengan benar dan memperhatikan kepada para siswa. Di sini guru waspada melihat bibir dan lisan para siswanya terutama pada huruf : ص ط ض ظ ف قdan ك .
2.  Dalam mengajarkan bacaan fawalihus suwar. Guru harus memberi contoh yang benar dan selalu mengingatkan mana yang harus dibaca dengung dan mana yang tidak boleh didengungkan.
3.  Dalam mengajarkan Mad Wajib dan Mad Jaiz, diterangkan bahwa setiap ada tanda  ~Dibaca lebih panjang dari biasanya.
4.  Untuk mengajarkan bacaan ghunnah (dengung), kita terangkan bahwa setiap dan dibaca dengung yang lama.
5.  Sedangkan untuk semua huruf bertasydid selain ن dan م harus dibaca cepat dan ditekan membacanya; bias dibantu dengan satu ketukan. Demikian keterangan : setiap ada  ّ (tanda tasdid) الtidak dibaca.
6.  Pada pokok pelajaran   اولئك diterangkan bahwa tidak ada tandanya jangan dibaca; dibaca pendek.
7.  Dalam mengajarkan bacaan Idzhar Syafawi dan Idzhom Mitsli, kita terangkan bahwa : setiap  ْم dibaca jelas (tidak berdengung), kecuali jika bertemu dengan  مharus dibaca dengung. 8.  Untuk mengajarkan bacaan idhom bighunnah (م) diterangkan setiap  ٌ  ٍ  ً   ْن  bertemu dengan م dibaca bibir "mingkem" (bibir mengatup) dengan dengung yang lama.
9.  Dan untuk menganajarkan bacaan Idgom Bilaghunnah (ر ل)perlu ٌ  ٍ  ً   ْن  diterangkan bahwa ٌ  ٍ  ً   ْن   bertemu   ل dan ر dibaca ل dan ر (bertasydid) dengan cepat dan ditekan, jangan sampai dibaca terlalu lama.
·         Qiroati Jilid V
~ Materi Pelajaran :
1.  Bacaan-bacaan :
Idghom Bighunnah (untuk  وdan ي)
Iqlab
Ikhfa' Syafawi dan Idzhar Syafawi
Lafadz Allah  اللﻩ
Qolqolah (beserta makharijul hurufnya)
Mad Lazim Mutsaqqal Kalimi
Idzhar Halqi (dengan tanda nun)
2.  Cara menghentikan bacaan (mewaqafkan bacaan), yakni :
Waqaf Mad Aridh lissukun (waqaf panjang).
Waqaf Pendek
Waqaf Mad Thabi'I dan Waqaf Mad Iwadh
Waqaf  ة(ta' marbuthoh)
3.  Makharijul huruf-huruf : ع ﻩ dan ث
4.  Mulai halaman 34, para siswa dapat dilatih membaca surat-surat Al-Qur'an dan latihan membaca lancar Al-Qur'an Juz 27 terbitan Yayasan Pendidikan Al-Qur'an Roudlotul Mujawwidin Semarang.
~ Cara Mengajar :
1.  Mengajarkan bacaan Idghom Bighunnah
ٌ  ٍ  ً   ْن bertemu  و dibaca bibir "mecucu" ("monyong" bahasa Sunda) disertai dengung yang lama.
ٌ ٍ ً   ْن  bertemu  ي dibaca bibir nyengingis, degang yang lama.
2.  Mengajarkan bacaan Iqlab
ٌ  ٍ  ً   ْن  bertemu  ب dibaca bibir terkatup/bibir "mingkem", disertai dengan dengan yang lama.
3.  bacaan Ikhfa' Syafawi dan Idzhar Syafawi :
Setiap م dibaca jelas (tanpa dengung), kecuali jika bertemu م dan  ب, dibaca dengan lama.
4.  Untuk mengajarkan lafadz Allah perlu contoh dan latihan
berulang-ulang secara seksama.
5. Demikian juga dalam mengajarkan bacaan Qolqolah, guru perlu memberi contoh bacaan yang benar secara berulang-ulang, dan berusaha agar siswanya dapat membaca qolqolah secara baik dan benar.
6. Dalam mengajarkan bacaan Mad Lazim Mutsaqol Kalimi, guru memberi contoh beberapa kali dengan menerangkan bahwa "jika ada tanda ~  bertemu dengan tsydid dibaca sangat pajang".
7.  Untuk bacaan Idzhar Halqi (adanya tanda ن  ) kita jelaskan "setiap ada tanda Nun " suara nun sukun / Tanwin dibaca dengan jelas (tanpa dengung).
8.  Cara mengajar menghentikan bacaan (Waqaf) :
Waqaf Mad Aridh Lissukun : jika huruf terakhir didahului    و ا atau  ي, maka waqofnya dibaca panjang, bisa juga jika sebelum huruf terakhir dibaca panjang, maka waqafnya dibaca panjang. Selain itu, maka waqafnya dibaca pendek.
Waqaf Mad 'Iwadh : fathah panjang dan fathah tanwin waqofnya dibaca panjang 1 Alif. ta' marbuthaoh waqofnya dibaca
·         Qiroati Jilid VI
~ Materi Pelajaran :
1.  Bacaan Idzhar Halqi
2.  Cara membacanya :  الا yang sebaiknya dibaca washal / dibaca terus
ﻩا  ha panjang dibaca pendek.
3.  Mulai jilid 6 ini para siswa dapat dilatih membaca Al-Qur'an dari juz 1
~ Cara Mengajar :
1. Mengajarkan bacaan idzhar halqi secara bertahab satu persatu kita sentuhkan dan kita terangkan bahwa "setiap nun sukun / tanwin jika beretemu huruf-huruf    غ ع خ ح(ء) اdan  " harus dibaca jelas tanpa dengung.
2. Dalam mengajarkan bacaan الاdan   اناguru perlu memberi contoh beberapa kali. Ketika latihan membaca mushhaf Al-Qur'an, para siswa mulai dilatih mengatur nafas dalam membaca Al-Qur'an, tanpa adanya tanaffus (mengambil nafas ditengah-tengah membaca); dengan cara mewaqafkan bacaan jika nafasnya tidak kuat, dan mengulang bacaan kembali ('ibtida').


·         Kelebihan Qiroati dengan Metode Lain
Metode qiro'ati ini dipilih karena dianggap mempunyai kelebihan dibandingkan dengan metode-metode yang lain, sehingga dapat menghasilkan peningkatan kemampuan baca tulis al-qur'an, diantaranya yaitu:
1. Sebelum mengajar metode Qiroati para ustadz/ustdzahya harus ditashih terlebih dahulu karena buku qiroati ini tidak dijual belikan dan hanya untuk kalangan sendiri yang sudah mendapat syahadah.
2. Dalam penerapannya banyak sekali metode yang digunakan.
3. Dalam metode ini terdapat prinsip untuk guru dan murid.
4. Setelah ngaji Qiroati santri menulis bacaan yang sudah dibacanya.
5. Pada metode ini setelah hatam 6 jilid meneruskan lagi bacaanbacaan ghorib.
6. Dalam mengajar metode ini menggunakan ketukan, jadi dalam membaca yang pendek dibaca pendek. Jika santri sudah lulus 6 jilid beserta ghoribnya, maka ditest bacaannya kemudian setelah itu santri mendapatkan syahadah.







BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Sebelum adanya Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKQ),  pendidikan Al-Qur’an di Indonesia masih menggunakan sistem “pengajian  anak-anak” di musholah, langgar, masjid bahkan dirumah-rumah. Metode pengajarannya dengan menggunakan turutan, dengan menggunakan turutan, karena dianggap kurang praktis dan efisien, terutama bagi mereka yang ingin bisa membaca Al-Qur’an lebih cepat dan praktis. Melihat gejala seperti ini, banyak para ulama mencoba mencarikan atau menyajikan alternatif yang lebih menarik dan memudahkan anak-anak dalam belajar membaca Al-Qur’an.
Pada pertengahan tahun 1986 umat Islam dibuat lega dengan adanya metode atau model pengajian anak-anak yang baru, yakni pendidikan Al-Qur’an anak-anak untuk usia 4 – 6 tahun yang dirintis oleh Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy Semarang. Pada tahun 1963 Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy mulai mengajar ngaji kepada anak-anaknya dan anak-anak tetangganya dengan menggunakan turutan. Akan tetapi ternyata hasilnya kurang memuaskan, dimana anak-anak hanya mengahafal saja.
Berdasarkan rasa tidak puas dengan hasil dari mengaji dengan kitab turutan itu, maka beliau mencoba menyusun metode baru yang lebih efektif dan efisien. Akhirnya berkat inayah, hidayah dan rahmah dari Allah SWT, Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy berhasil menyusun metode praktis belajar membaca Al-Qur’an yang tersusun menjadi sepuluh jilid. Atas saran dua orang ustadz, yakni ustadz Joened dan ustadz Sukri Taufiq metode ini diberi nama “Metode Qiroaty”, yang berarti ‘inilah bacaan Al-Qur’anku yang tartil’. Melihat keberhasilan Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy dengan metode Qiroatinya pada tahun 1966, H.Ja’far, seorang ulama’ semarang, mengajak beliau sowan kepada K.H. Arnawi Kudus untuk menunjukkan buku qiroatinya. Dan Alhamdulillah, setelah diteliti dan dikoreksi, mendapat restu beliau.
2.      Metode qiroati adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qoidah ilmu tajwid.
3.      Dalam penerapan metode Qiroati terdapat beberapa pengelompokan pelajaran, dimana yang terbagi dalam 6 Jilid. Dari jilid 1 sampai dengan jilid 6, isi dan cara pengajarannya berbeda-beda, karena hal itu menunjukkan danya tingkatan kesulitan secara bertahap dalam metode pembelajarannya agar santriwan dan santriwati dapat dengan mudah memahami isi dari setiap jilid yang diajarkan oleh ustadz dan ustadzah.
B.     Saran
Dari beberapa pemaparan diatas, disini kami sebagai penulis mempunyai harapan maupun saran dengan ditulisnya makalah ini maka :
1.      Santriwan dan santriwati dapat memahami Al-Quran dengan lebih mudah dan mengerti akan qoidah yang dipelajarinya.
2.      Ustadz dan ustadzah dapat mengetahui tingkatan materi dari masing-masing jilid yang akan diajarkan kepada santriwan-santriwati sehingga mudah diterima dan dipahami.
3.      Untuk orang tua santriwan-santriwati dapat memotivasi anaknya agar lebih bersemangat dalam belajar membaca dan menulis Al-Quran.
4.      Untuk masyarakat dapat mendukung terselenggaranya pembelajaran membaca dan menulis Al-Quran yang ada disekitarnya, guna membangun masyarakat yang berakhlak dan mengerti akan hal yang baik dan yang benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar