BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengajaran baca
tulis Al - Qur‟an merupakan
salah satu kewajiban
yang harus dilaksanakan atau dipelajari oleh setiap orang Islam karena
merupakan salah satu cara memahami Al - Qur‟an dengan baik, dan ada kaitannya
dengan ibadah ritual seperti shalat,
haji, dan do‟a
Dalam belajar membaca ataupun menulis Al Qur‟an tentunya tidak langsung bisa, akan tetapi harus
melalui tahapan- tahapan. Ada beberapa metode dalam pembelajaran membaca
ataupun menulis Al-Quran karena
dalam pengajaran baca
tulis Al- Qur‟an juga
diperlukan suatu metode yang
praktis dan cepat. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran
tersebut adalah metode Qiroati, metode Qiroati merupakan salah satu metode yang
secara langsung tanpa
dieja dan membiasakan
membaca secara tartil
sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
Dan
makalah ini disusun untuk mengetahui mengenai Metode Qiroati yang saat ini
berkembang di Taman Pendidikan Al-Quran Al-Huda di daerah Cluuring Banyuwangi.
B.
Rumusan Masalah
Dari
latar Belakang tersebut disini ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas
disini, antara lain :
1.
Bagaimana
sejarah lahirnya metode Qiroati?
2.
Apa
pengertian metode Qiroati?
3.
Bagaimana
penerpan metode Qiroati?
C.
Tujuan
Dari
rumusan masalah diatas, dapat diketahui tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1.
Untuk
mengatahui sejarah lahirnya metode Qiroati.
2.
Untuk
mengatahui pengertian metode Qiroati.
3.
Untuk
mengatahui penerapan metode Qiroati.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Lahirnya Metode Qiroati
Sebelum adanya Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKQ), pendidikan Al-Qur’an di Indonesia masih
menggunakan sistem “pengajian anak-anak”
di musholah, langgar, masjid bahkan dirumah-rumah. Metode pengajarannya dengan
menggunakan turutan, yakni Al-Qur’an juz 30 yang dilengkapi dengan petunjuk
membaca Al-Qur’an. Metode ini disusun oleh ulama’ dari baghdad, sehingga metode
ini dikenal dengan nama “Qoidah Baghdadiyah”. Qoidah ini telah terbukti
menciptakan ulama’-ulama’ besar yang ahli dalam bidang Al-Qur’an. Namun pada
saat ini mayoritas umat Islam, khususnya anak-anak mulai enggan mengaji dengan
menggunakan turutan, karena dianggap kurang praktis dan efisien, terutama bagi
mereka yang ingin bisa membaca Al-Qur’an lebih cepat dan praktis.
Melihat gejala seperti ini, banyak para ulama mencoba mencarikan
atau menyajikan alternatif yang lebih menarik dan memudahkan anak-anak dalam
belajar membaca Al-Qur’an.Tetapi alternatif yang ditawarkan selalu mengalami
kegagalan, karena tidak dada bukti keberhasilanya. Di samping itu juga ada
suatu pandangan atau kesepakatan yang tidak tertulis, bahkan kalau mengajar
mengaji harus mamakai turutan. Sehingga metode baru yang ditawarkan hanya
dipandang sebelah mata. Pada pertengahan tahun 1986 umat Islam dibuat lega
dengan adanya metode atau model pengajian anak-anak yang baru, yakni pendidikan
Al-Qur’an anak-anak untuk usia 4 – 6 tahun yang dirintis oleh Ust. H. Dahlan
Salim Zarkasy Semarang. Karena pendidikannya seperti Taman Kanak-kanak umum,
maka lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKQ).
Keberadaan TKQ ini tidak terlepas dari usaha Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy dalam
mencari metode belajar membaca Al-Qur’an yang telah dirintis dan diuji coba
sejak tahun 1963.
Pada tahun 1963 Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy mulai mengajar ngaji kepada
anak-anaknya dan anak-anak tetangganya dengan menggunakan turutan. Akan tetapi
ternyata hasilnya kurang memuaskan, dimana anak-anak hanya mengahafal saja.
Jika petang Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy mengajar ngaji, sedangkan pada siang
harinya berdagang . pada saat berkesempatan mengambil barang di luar kota,
seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Pekalongan, yogyakarta dan kota-kota
lainnya, beliau selalu menyempatkan diri untuk meneliti dan mengamati pengajian
anak-anak yang ada di mushalla, langgar dan masjid setempat. Ternyata hasilnya
tidak jauh berbeda dengan yang dialami beliau.
Berdasarkan rasa tidak puas dengan hasil dari mengaji dengan kitab
turutan itu, maka beliau mencoba menyusun metode baru yang lebih efektif dan
efisien. Akhirnya berkat inayah, hidayah dan rahmah dari Allah SWT, Ust. H.
Dahlan Salim Zarkasy berhasil menyusun metode praktis belajar membaca Al-Qur’an
yang tersusun menjadi sepuluh jilid. Atas saran dua orang ustadz, yakni ustadz
Joened dan ustadz Sukri Taufiq metode ini diberi nama “Metode Qiroaty”, yang
berarti ‘inilah bacaan Al-Qur’anku yang tartil’. Metode Qiroati ini langsung
mengajarkan bunyi huruf, yaki huruf-huruf yang berkharokat tanpa dieja dan
mengenalkan nama-nama huruf secara acak serta langsung memasukkan bacaan yag
bertajwid secara praktis bukan teoritis. Melihat keberhasilan Ust. H. Dahlan
Salim Zarkasy dengan metode Qiroatinya pada tahun 1966, H.Ja’far, seorang
ulama’ semarang, mengajak beliau sowan kepada K.H. Arnawi Kudus untuk menunjukkan
buku qiroatinya. Dan Alhamdulillah, setelah diteliti dan dikoreksi, mendapat
restu beliau.
Setelah mendapat restu K.H Arwani buku Qiroati mulai dikenalkan
kepada masyarakat semarang sekitarnya. Pada bulan Mei 1986, Ust. H. Dahlan
Salim Zarkasy diajak oleh salah satu wali murid, sukito, untuk silaturrahim dan
menyaksikan Ponpes Al-Qur’an Anak-anak “Mambaul Hisan”di Sedayu Gresik, yang
berdiri pada tahun 1965 yang diasuh K.H. Muhammad. Beliau merasa prihatin
melihat anak-anak kecil di bawah umur 7 tahun, yang terpisah dari orang tuanya,
dan semestinya anak-anak tersbut masih membutuhkan kasih sayang mereka. Akan
tetapi dalam mengaji bacaan Al-Qur’an mereka kurang tartil.
Dari hasil kunjungan tersebut, beliau dapat menyimpulkan bahwa anak
di bawah usia balita mampu diajarkan membaca Al-Qur’an. Sepulang dari gresik,
selama sebulan tepatnya di bulan Ramadhan, ust. H. Dahlan Salim Z, menyusun
kembali buku Qiroati untuk usia taman kanak-kanak yang diambil dari qiroati 10
jilid. Kemudian dibukalah pendidikan Al-Qur’an untuk anak-anak usia 4-6 tahun
pada tanggal 1 juli 1986. inilah Taman Kanak-Kanak pertama di Indonesia.
Kemudian atas saran KH. Hilal Sya’ban yang juga direstui oleh KH. Turmudzi
Taslim, TKQ tersebut diberi nama “Roudlotul Mujawwidin”. Sebenarnya awal
berdirinya merupakan percobaan, mungkinkah anak-anak usia TK (4-6 tahun) mampu
membaca Al-Qur’an. Pada hari pertama pembukaan, jumlah muridnya 26 anak dan
tempat pendidikannya meminjam rumah Sdr. Ir. Abdullah, Kampung Wotprau 77,
Semarang.
Setelah berjalan kurag lebih 3 bulan, jumlah muridnya mencapai 70
anak. Proses belajar mengajar berlangsung setiap sore selama 1 jam, mulai jam
16.00 sampai 17.00 WIB. Sekalipun berdirinya TKQ merupakan percobaan dengan
rencana 4 tahun hatam 30 juz, diluar dugaan ternyata dalam 2 tahun, tepatnya 1
juli 1988 telah menghatamkan yang pertama sebanyak 20 siswa putra/putri. Khatam
dengan bacaan tajwid dan ghorib. Lahirnya TKQ Roudlotul Mujawwidin ini mendapat
sambutan yang sangat menggembirakan, sehingga di beberapa tempat berdiri pula
lembaga-lembaga pendidikan Al-Qur’an di Indonesia. Selain itu, di negeri jiran
mulai berdiri pula TKQ dengan menggunakan metode Qiroati Malaysia, Serawak,
Singapura, Brunai Darussalam dan Thailand.
B. Pengertian Metode Qiro’ati
Metode qiroati adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang langsung
memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qoidah ilmu tajwid. Metode
Qiroati merupakan metode yang yang bisa dikatakan metode membaca al-qur'an yang
ada di Indonesia, yang terlepas dari pengaruh arab. Metode ini pertama kali
disusun pada tahun 1963, hanya saja pada waktu itu buku metode qiroati belum
disusun secara baik. Dan hanya digunakan untuk mengajarkan anaknya dan beberapa
anak disekitar rumahnya, sehingga sosialisasi metode qiroati ini sangat kurang.
Berasal dari metode qiroati inilah kemudian banyak sekali bermunculan metode
membaca al-qur'an seperti metode Iqro', metode AnNadliyah, metode Tilawaty,
metode Al-Barqy dan lain sebagainya. Diawal penyusunan metode qiroati ini
terdiri dari 6 jilid, dengan ditambah satu jilid untuk persiapan (pra-TK), dan
dua buku pelengkap dan sebagai kelanjutan dari pelajaran yang sudah
diselesaikan, yaitu juz 27 serta ghorib Musykilat (kata-kata sulit).
C. Penerapan Metode Qiroati
·
Visi
Qiroati
Membudayakan Membaca al-Quran dengan Tartil
·
Misi
Qiroati
1. Mengadakan pendidikan
al-Quran untuk menjaga, memelihara kehormatan dan kesusian al-Quran dari segi
bacaan yang tartil
2. Menyebarkan ilmu dengan memberi ujian memakai buku Qiraati hanya
bagi lambaga-lembaga/guru-guru yang taat, patuh, amanah dan memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan oleh coordinator
3. Mengingatkan para guru
agar berhati-hati jika mengajarkan al-Quran
4. Mengadakan pembinaan para
guru/calon guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan pengajaran al-Quran
5. Mengadakan Tashih untuk
calon guru dengan obyektif
6. Mengadakan bimbingan
metodologi bagi calon guru yang lulus tashih
7. Mengadakan tadarus bagi para guru ditingkat lembaga atau MMQ
yang diadakan oleh koordinator Menunjuk atau memilih koordinator, kepada
sekolah dan para guru yang amanah/ profesional dan berakhlakul karimah.
Memotivasi para koordinator, kepada sekolah dan para guru senantiasa mohan
petunjuk dan pertolongan kepada Allah demi kemajuan lembaganya dan mencari
keridlaan-Nya.
·
Ciri-Ciri
Qiraati
1. Tidak di dijual secara
bebas
2. Guru-guru lewat tashih
dan pembinaan
3. Kelas TKP/TPQ dalam
disiplin yang sama.
4. Prinsip-prinsip Dasar
Qiroati
Demi lebih
efektif dan efisiennya metode Qiroati, prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh ustadz/dzah dan
santri adalah:
a. Prinsip yang harus
dipegang oleh guru
1) Daktun (tidak boleh menuntun)
Dalam hal ini ustadz-ustadzah hanya menerangkan pokok pelajaran,
memberikan contoh yang benar, menyuruh santri membaca sesuai dengan contoh
menegur bacaaan yang salah, menunjukkan kesalahan bacaan dan memberitahukan
seharusnya bacaan yang benar.
2) Tiwagas (teliti, waspada dan tegas)
Teliti artinya dalam memberikan contoh atau menyimak ketika santri
membaca jangan sampai ada yang salah walaupun sepele.Waspada artinya dalam
memberikan contoh atau menyimak santri benar-benar diperhatikan ada rasa
sambung dari hati ke hati. Tegas artinya dalam memberikan penilaian ketika
menaikkan halaman atau jilid tidak boleh banyak toleransi, raguragu atau pun
segan, penilaian yang diberikan benar-benar obyektif.
b. Prinsip yang harus
dipegang oleh santri
1) CBSA+M : Cara Belajar Santri Aktif dan Mandiri
Santri dituntut keaktifan, kosentrasi dan memiliki tanggung jawab
terhadap dirinya tetntang bacaan Al-Qur’annya. Sedangkan ustadz-ustadzah
sebagai pembimbing, motivator dan evaluator saja.
Menurut Zuhairini fenomena adanya CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
perlu dipertimbangkan untuk lebih mengembangkan potensi-potensi siswa secara
individual. Dalam hal ini guru bertugas memberikan bimbingan dan pengarahan
kepada siswa secara aktif. Untuk itu dalam CBSA diharapkan yang aktif tidak
hanya siswanya tetapi juga gurunya.
2) LCTB : Lancar Tepat Cepat dan Benar
Lancar artinya bacaannya tidak ada yang mengulangulang. Cepat
artinya bacaannya tidak ada yang putus-putus atau mengeja. Tepat artinya dapat
membunyikan sesuai denganbacaan dan dapat membedakan antara bacaan yang satu
dengan laiannnya. Benar artinya hukum-hukum bacaan tidak ada yang salah.
5. Metode Penyampaian
Qiroati
a. Kunci-Kunci Pengajaran
Metode Qiraati
i) Praktis
Artinya : langsung (tidak dieja)
Contoh :اَ
بَ
baca, A-BA (bukan Alif fatha A, Ba fatha
BA), dan dibaca pendek. Jangan di baca panjang Aa Baa, atau Aa Ba atau, A Baa
ii) Sederhana
Artinya : kalimat yang dipakai menerangkan diusahakan sederhana
asal dapat difahami, cukup memperhatikan bentuk hurufnya saja, jangan
menggunakan keterangan yang teoritis/devinitif.
Cukup katakan : Perhatikan ini ! بَ Bunyinya = BA
Cukup katakan : Perhatikan titiknya !. ini BA, ini TA, dan ini TSA.
Dalam mengajarkan pelajaran gandeng, jangan mengatakan : “ini huruf didepan,
ditengah atau dibelakang”,
contohnya seperti : مَ
/ ﻩـ- ـﻩـ م-
Cukup katakan : semua sama bunyinya, bentuknya memang macam-macam.
Yang penting dalam mengajarkan Qiroaty adalah bagaimana anak biasa membaca
dengan benar. Bukan masalah otak-atik tulisan, oleh karena itu disini tidak
diterangkan tentang huruf yang bisa di gandeng dan yang tidak. Sederhana saja !
iii) Sedikit Demi Sedikit,
Tidak Menambah Sebelum Bisa Lancar
Mengajar Qiroati tiudak boleh terburu-buru, ajarkan sedikit demi
sedikit asal benar, jangan menambah pelajaran baru sebelum bisa dengan lancar,
bacaan terputus-putus. Guru yang kelewat tolenransi terhadap anak degan
mengabaikan disiplin petunjuk ini akibatnya akan berantakan, sebab pelajaran
yang tertumpuk dibelakag menjadai beban bagi anak, ia justru bingung dan
kehilangan gairah belajar. Jika disuruh mengulang dari awal jelas tidak
mungkin, ia akan malu, dan akhirnya ia akan enggan pergi belajar. Guru yang
disiplin dalam menaikkan pelajaran hasilnya akan menyenangkan anak itu sendiri,
semakin tinggi jilidnya semakin senang, karena ia yakin akan kemampuannya, dan
insyaallah akan tambah semangat menuntaskan pelajarannya. Disiplin ini memang
mengundang reaksi besar baik dari santri maupun dari wali santri, oleh
karenanya guru dituntutdapat berpegang teguh, tidak kehilangan cara dengan
mengorbankan disiplin tersebut. Disinilah perlu adanya seni mengajar itu.
iv) Merangsang Murid Untuk
Saling Berpacu
Setelah kita semua tau mengajarkan Qiroaty tidak boleh menambah
pelajaran baru sebelum bisa membaca dengan benar dan cepat, maka cara yang
tepat adalah menciptakan suasana kompetisi dan persaingan sehat dalam kelas,
cara ini insya Allah akan memacu semangat dan mencerdaskan anak. KH. Daahlan
telah merintis agar terjadi suasana ini dalam sekolah dengan terbaginya buku
Qiroaty dalam bentuk berjilid, karena secara otomatis setiap anak naik jilid
semangat dan gairah ikut kembali baru pula.
Kenaikan kelas sebaikya diadakan beberapa bulan sekali dengan
menggunakan standar pencapaian pelajaran Qiroaty, karena dengan demikian anak
yang tertinggal dalam kelas akan malu dengan sendirinya.
v) Tidak Menuntun Untuk Membaca
Seorang guru cukup menerangkan dan membaca berulang-ulang pokok
bahasan pada setiap babnya sampai anak mampu membaca sendiri tanpa dituntun
latihan di bawahnya. Metode ini bertujuan agar anak faham terhadap pelajrannya,
tidak sekedar hafal. Karena itu guru ketika mengetes kemampuan anak boleh
dengan cara melompat-lompat, tidak urut mengikuti baris tulisan yang ada.
Apabila dengan sangat terpaksa guru harus dengan menuntun, maka dibolehkan
dalam batas 1 sampai 2 kata saja. Metode ini pada awal dekade 1980 an, oleh
kalangan pendidikan dikenal dengan istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).
vi) Waspada Terhadap Bacaan
Yang Salah
Anak lupa terhadap pelajaran yang lalu itu soal biasa dan wajar,
anak lupa dan guru diam itulah yang tidak wajar. Terlalu sering anak membaca
salah saat ada guru dan gurunya diam saja, maka bacaan salah itu akan dirasa
benar oleh murid, dan salah merasa benar itulah bibit dari salah kaprah. Maka
agar ini tidak terus menerus terjadi dalam bacaan Al-Qur’an, maka harus waspada
setiap ada anak baca salah tegur langsung, jangan menunggu sampai bacaan
berhenti. Kewaspadaan inilah cara satu-satunya memberatas salah kaprah itu.
Keberhasilan guru mengajar tartil dan fashih adalah tergantug pada peka atau
tidaknya guru mendengar anak baca salah.
vii) Driil (bisa karena
biasa)
Metode drill banyak tersirat pada buku Qiroaty, adapun yang secara
khusus menggunakan metode ini adalah pada pelajaran : Ghorib Ilmu Tajwid, dan
Hafalan-hafalan Biarpun tanpa ada kewajiban menghafal di rumah, insyaallah
dengan metode drill ini semua pelajaran hafalan akan hafal dengan sendirinya.
Selain metode diatas agar proses belajar mengajar sesuai dengan apa
yang diharapkan, maka harus memakai strategi mengajar. Dalam mengajar al-qur’an
dikenal beberapa macam strategi.
viii) Strategi mengajar
secara umum (global)
1.
Individual
atau privat
Santri
bergiliran membaca satu persatu, satu atau dua halaman sesuai dengan
kemampuannya
2.
Klasikal-individual
sebagian waktu
digunakan guru untuk menerangkan pokokpokok pelajaran secara klasikal sekedar 2
atau 3 halaman. Dan sebagian lagi untuk individual
3.
Klasikal
baca simak
Strategi ini digunakan untuk
mengajarkan membaca dan menyimakk bacaan Al-Qur’an orang lain. Dasar yang
digunakan adalah firman Allah SWT di surat Al-A’rof ayat 204 : “Dan
apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah
dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”
ix) Strategi mengajar secara khusus (detail)
Agar kegiatan belajar mengajar Al-qaur’an dapat berjalan dengan
baik sehingga tercapai keberhasilan yang maksimal maka perlu diperhatikan syarat-syarat
sebagai berikut :
1. Guru harus menekan kelas,
dengan memberi pandangan menyeluruh terhadap semua santri sampai semuanya
tenang, kemudian mengucapkan salam dan membaca do’a iftitah.
2. Pelaksanaan pelajaran
selama satu jam ditambah 15 menit untuk variasi (do’a-do’a harian, bacaan
sholat, do’a ikhtitam atau hafalan-hafalan lainnya).
3. Usahakan setiap anak
mendapat kesempatan membaca satu persatu.
4. Wawasan dan kecakapan
anak harus senantiasa dikembangkan dengan sarana dan prasarana yang ada.
5. Perhatian guru hendaknya
menyeluruh, baik pada anak yang maju membaca maupun yang lainnya.
6. Penghayatan terhadap jiwa
dan karakter anak sangat penting agar anak tertarik dan bersemangat untuk
memperhatikan pelajaran. Jika ada yang diam terus dan tidak mau membaca maka
guru harus tetap membujuknya dengan sedikit pujian.
7. Motivasi berupa himbauan
dan pujian sangat penting bagi anak, terutama anak Pra TK. Anak jangan selalu
dimarahi, diancam atau ditakut-takuti. Tapi kadang kala perlu dipuji dengan
kata-kata manis, didekati serta ucapan dan pendapatnya ditanggapi dengan baik.
8. Guru senantiasa menanti
kritik yang sifatnya membangun demi meningkatkan mutu TKQ. Jangan cepat merasa
puas.
9. Jaga mutu pendidikan
dengan melatih anak semaksimal mungkin.
10. Idealnya untuk masing-masing kelas/jilid terdiri dari :
a. Pra Taman Kanak-kanak :
10 anak
b. Jilid :
15 anak
c. Jilid II – Al-Qur’an :
20 anak Masing-masing dengan seorang guru.
11. Agar lebih mudah dalam mengajar, sebaiknya disediakan alatalat peraga
dan administrasi belajar mengajar di dalam kelas, antara lain : Buku Data
Siswa, Buku Absensi Siswa, Kartu/Catatan Prestasi Siswa (dipegang siswa), Dan
lain-lain.
b. Pokok-pokok Pelajaran
Qiroati
·
Jilid
I
Hal.
|
Pokok Pelajaran
|
1 – 28
|
Pengenalan baca اَ - يَ dengan
dua atau tiga kelompok huruf, cara bacanya cepat dan tepat, tidak boleh
panjang, lambat atau putus.
|
31
|
Iniبَ تَ ثَ ini juga بَتَثَ
|
32
|
Ini جَ
ini juga ـَﺟ
|
33
|
Ini سَ ini
juga ـَﺳ, ini ـَﺷ
|
34
|
Iniصَ
ini
juga ـَﺻ, Ini ـَﺿ
|
35
|
Ini عَ
ini juga ـَﻋ, ini
ـَﻏ
Iniجَ عَ لَ ini jugaجَعَلَ
, iniبَ لَ غَ ini juga بَلَغَ
|
36
|
Ini كَ
ini juga كـَ
|
37
|
Iniنَ
ini juga نـ
|
38
|
Iniهَ ini ـَﻬـini ﻪَ ـ ini jugaـَه
|
39
|
Ini ءَ ini أَ ini ئـini ؤَ ini juga ئَ
|
40
|
Ini يَ Ini juga يـَ
|
·
Jilid
II
Hal.
|
Pokok Pelajaran
|
1
|
Coret diatas namanya Fathah bersuara A, coret dibawah namanya
kasroh bersuara I bukan e.
|
6
|
Harokat seperti koma ( _ُ )namanya dhummah bersuara u bukan o
|
11
|
Coret dua diatas ( _ً ) namanya
fathahtain atau fathah tanwin bersuara “an”
|
13
|
Coret dua dibawah ( _ٍ) namanya
kasrohtain atau kasroh tanwin bersuara “in” bukan “en”
|
16
|
Harokat seperti koma berekor (_ٌ ) namanya dlummahtain
atau dlummah tanwin bersuara “un” bukan “on”
|
20
|
Ini ةٌ ini ﺔٌ ـini
juga ةٌ
|
23
|
Setiap fathah diikuti alif dibaca panjang
|
33
|
Setiap fathah berdiri dibaca panjang seperti fathah diikuti alif.
|
36
|
Setiap kasroh diikuti ya sukun dibaca panjang seperti fathah
diikuti alif.
|
40
|
Setiap
dlummah diikuti wawu sukun dibaca panjang seperti fathah diikuti alif
|
42
|
ال م ال
ر ال م ر ال م ص namanya
: huruf fawaatichus suwar.
|
·
Jilid
III
Hal.
|
Pokok
Pelajaran
|
1
|
Setiap dlummah diikuti wawu sukun ada alif atau tidak ada alifnya
dibaca sama panjangnya.
|
2
|
Fathah berdiri, kasroh berdiri dan dlummah terbalik, dibaca sama
panjangnya.
|
4
|
Setiap lam sukun suaya ditekan membacanya.
|
6
|
Setiap alif lam sukun dibaca seperti lam sukun.
|
10
|
Semua
huruf bersukun supaya ditekan membacanya.
|
18
|
Di halaman ini fawaatichus suwardibaca sesuai huruf aslinya
(belum bertajwid)
|
19
|
Dlummah diikuti wawu sukun dibaca panjang bersuarau “uu” fathah
diikuti wawu sukun dibaca pendek bersuara“AU” bukan AO
|
25
|
Baca ْم (mim sukun) Am Im Um, ْس (sin sukun) As, Is Us, dan seterusnya.
|
26
|
Setiap membaca “Alif Lam Sukun Alif Fathah” supaya berhati-hati.
|
28
|
Fathah diikuti wawu sukun dibaca pendek, bersuara“AU”
bukan AO
|
30
|
Fathah diikuti ya sukun juga dibaca pendek bersuara“AI”
bukan AE
|
31
|
Ra sukun didahului fathah atau dlummah dibaca tebal (mecucu), Ra
sukun didahului kasrah dibaca tipis (mencibir).
|
35
|
Setiap membaca hamzah sukun – ‘Ain sukun supaya berhati-hati.
|
37
|
bawah garis dibaca seperti halaman 25
|
·
JILID
IV
Hal.
|
Pokok
Pelajaran
|
1
|
Setiap nun sukun harus dibaca dengung
|
3
|
Cara membaca fawaatichus suwar ada empat :
~ Dibaca sesuai huruf aslinya
~ Dibaca menurut tajwidnya
~ Dibaca menurut hrokatnya
~ Dibaca tanpa putus suaranya
|
5
|
Setiap tanwin harus dibaca dengung seperti dengungnya nun sukun.
|
7
|
Setiap ada tanda layar diatas, supaya dibaca panjang 2 1/2alif
atau lima harokat.
|
12
|
Setiap nun bertasydid harus dibaca dengung yang lama
|
13
|
Setiap mim bertasydid harus dibaca dengung yang lama
|
19
|
Setiap huruf bertasydid selain mim dan nun membacanya harus
ditekan
|
23
|
Setiap Alif Lam di ikuti huruf bertasydid, maka alif lamnya tidak
dibaca.
|
25
|
Dlummah diikuti wawu tak bersukun dibaca pendek
|
30
|
Semua mim sukun dibaca jelas, kecuali mim sukun bertemu dengan
mim harus dibaca dengung yang lama.
|
32
|
Setiap nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf mim, suaranya
berubah menjadi mim sukun, dan dibaca dengung yang lama disertai bibir
terkatub.
|
36
|
Setiap nun sukun / tanwin bertemu lam suaranya ditukar dengan lam
sukun dan tidak boleh dibaca dengung.
|
39
|
Setiap nun sukun atau tanwin bertemu dengan Ra, suaraya ditukar
dengan Ra sukun dan tidak boleh dibaca dengung.
|
·
Jilid
V
Hal.
|
Pokok
Pelajaran
|
1
|
Nun sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf wawu, suaranya
masuk ke huruf wawu dan dibaca dengung.
|
2
|
Setiap kalimat yang diwaqofkan, huruf terahirnya dibaca mati.
|
5
|
Nun sukun atau tanwin jika berhadapan dengn huruf Ya, suaranya masuk kehuruf Ya dan dibaca
dengung.
|
6
|
Setiap fathahtain atau fathah berdiriwaqofnya dibaca fathah dan
panjang 1 alif.
|
8
|
Lafadz Allah didahului kasroh dibaca tarqiq atau tipis,
Lafadz Allah
didahului fathah atau dlummah dibaca tafhim atau tebal
|
11
|
Sebelum huruf terahir dibaca panjang waqofnya dibaca panjang1, 2
atau 3 alif Sebelum huruf terahir di baca pendek waqofnya dibaca pendek.
|
12
|
Nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf Ba, suaranya berubah
menjadi mim sukun dan dibaca dengung disertai bibir terkatub.
|
14
|
Mim sukun tidak boleh dibaca dengung kecuali mim sukun bertemu
dengan huruf Ba, harus dibaca dengung yang lama.
|
16
|
Setiap Ba sukun, Dal sukun harus dibaca qolqolah atau memantul.
|
18
|
Setiap jam sukun harus dibaca qolqolqh atau memantul
|
23
|
Ta Marbuthoh berkharaokat apa saja, jika diwaqofkan suaranya
berubah menjadi Ha sukun.
|
24
|
Setiap Qof sukun harus di baca qolqolah atau memantul.
|
28
|
Setiap Tho sukun harus dibaca qolqolah atau memantul
|
34
|
Setiap ada nun kecil diatas harus dibaca jelas tidak boleh dibaca
dengung.
|
38
|
Setiap ada layar diatas bertyemu tasydid, supaya dibaca 3 alif /
6 harokat.
|
·
Jilid
VI
Hal.
|
Pokok
Pelajaran
|
1
|
Nun sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf Hamzah tidak
boleh dibaca dengung.
|
5
|
Nun sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf Hamzah, Cha
tidak boleh dibaca dengung
|
8
|
Nun sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf Hamzah, Cha,
Kho tidak boleh dibaca dengung
|
12
|
Nun sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf Hamzah, Cha,
Kho, Ain tidak boleh dibaca dengung
|
15
|
Nun sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf Hamzah, Cha,
Kho, ‘Ain, Ghoin tidak boleh dibaca dengung
|
19
|
Nun sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf Hamzah, Cha,
Kho, ‘Ain, Ghoin Ha tidak boleh dibaca dengung
|
22
|
Setiap ada ILLA (الا), supaya
dibaca washol (terus), Semus tulisan ANA, Na-nya dibaca pendek.
|
c. Cara Mengajar Qiroati
·
Qiroati
Jilid I
~ Materi Pelajaran :
1. Bacaan huruf-huruf
berkharakat fatkhah yang di baca secara langsung tanpa mengeja.
2. Nama-nama huruf hijayyah;
dari Alif s.d Ya
3. Bacaan huruf berangkai
dalam satu suku kata secara lancar
~ Cara mengajar :
1. Cara mengajar halaman 1
s.d 30 adalah sama. Dibaca langsung ا ب, tanpa mengeja. Membacanya dengan cepat,
tidak putus-putus. Agar siswa cepat dan lancar dalam membaca, guru bisa
membantu dengan irama ketukan. Sekiranya para siswa belum lancer atau belum
faham, dapat dilakukan upaya sebagai berikut :
Langkah pertama :
Memberi contoh bacaan ا ب, menunjuk bacaan huruf satu persatu mulai
dari اyang mudah dahulu, kemudian selanjutnya ا بsecara acak, begitu pula untuk bacaan huruf-huruf yang lain
s.d ي, jika perlu.
Langkah kedua :
Jika siswa sudah memahami masing-masing huruf, maka siswa di suruh
mencoba membaca rangkaian dua huruf dan agar lancar membaca bantulah dengan
ketukan.
Langkah ke tiga :
Jika siswa sudah lancer membaca dua rangkaian , maka selanjutnya
siswa diperkenankan mencoba membaca rangkaian tiga huruf. Sekali lagi bantulah
dengan ketukan.
2. Pelajaran didalam kotak,
baris paling bawah pada setiap halaman adalah termasuk yang harus dibaca oleh
siswa, yakni pelajaran nama-nama huruf hijayyah. Cara mengajarnya ialah dengan
membaca secara berkelompok. Setelah memahami baru kemudian secara acak ditunjuk
satu persatu huruf tersebut.
3. Cara mengajar dari
halaman 31 s.d 40 adalah sama, yakni membaca huruf-huruf yang disambung. Siswa
diminta agar memperhatikan jumlah titik dan letak titiknya, serta memperhatikanbentuk
tulisan hurufnya
4. Pada halam 44 siswa harus
lancer membaca dalam rangkaian kalimat yang terdiri dari tiga suku kata.
·
Qiroati
Jilid II
~ Materi Pelajaran
1. Membaca huruf-hurf
hijayyah berkharakat : kasroh, dhommah, tanwin (fatkhah, kasroh, dhommah).
2. Pengenalan nama-nama
kharokt dan engka arab.
3. Bacaan mad (panjang),
yakni mad thabi'I (panjang satu alif atau dua harokat).
~ Cara mengajar
1. Cara mengajar Qiroati
jilid 2 hampir sama dengan jilid satu, untuk bacaan-bacaan huruf berkharokat
kasroh, dhommah dan tanwin, bias dibantu dengan ketukan irama yang cepat.
2. Pada bacaan-bacaan mad
(panjang), sebaikya boleh dibaca melebihi panjangnya 1 alif (tingkat bacaan
tahqiq, biasa digunnakan dalam belajar mengajar) : hal ini untuk melatih dan
membiasakan pada bacaan panjang. Pada bacaan ini guru harus lebih waspada dalam
menyimak bacaan para siswanya.
·
Qiroati
Jilid III
~ Materi Pelajaran :
1. Bacaan mad thabii yang
belium diajarkan di jilid 2.
2. Bacaan huruf-huruf yang
dimatikan (bertanda sukun), antara lain :
ل
dan bacaan Al Qomariyah, ر م س perbedaan ء dengan ع dan ف
3. Dengan mempelajari bacaan huruf-huruf sukun diatas, berarti juga
sekaligus menunjukkan makhorijil hurufnya. Selain huruf-huruf sukun yang
tersebut di atas, pada beberapa halaman latihan oleh penyusunnya juga
diselipkan beberapa huruf sukun yang lain yang hamper sama (berdekatan) dengan
huruf-huruf sukun di atas, seperti ت ث ح ص ش :
dan ك . disini guru dituntut ketelitian dan
kewaspadaannya.
4. Bacaan harfu Lin اي) dan (ا و
~ Cara Mengajar
1. Dalam mengajarkan bacaan huruf-huruf bertanda sukun, kita harus
menjelaskan kepada siswa bahwa huruf-huruf bertanda sukun harus dibaca jelas
dan ditekan membacanya. Dalam membacanya tidak boleh ada tawallud (suara
tambahan. Berbunyi "a" seperti ALLE, ASSE dsb) . atau melamakan bunyi
huruf sukunnya. Seperti ALLL, ASSS, dst. Untuk menghindari bunyi tawallud,
bantulah dengan ketukan ketika membacanya.
2. Untuk mengajarkan
perbedaan suara dengan guru agar memberikan contoh secara benar berulang-ulang.
Serta melatih dan mengingatkan para siswa secara intensif dengan tepat.
Demikian pula untuk makhorijul huruf.
3. Dalam menerangkan dan
memberi contoh bacaan harfu Lin guru harus hati-hati, misalnya :
لول dibaca LAULA (dengan bibir mecucu) bukan LAOLA dan dibaca dengan
cepat, bukan panjang.
ليل dibaca LAILA Bukan LAELA dan dibaca dengan cepat.
·
Qiroati
Jilid IV
~ Materi Pelajaran :
1. Bacaan-bacaan
2. Makharijul huruf
a. Ikhfa' haqiqi
b. Mad wajib dan mad Jaiz
(~)
c. Ghunnah ( ن dan م dinaca dengung)
d. Adzhar Syafawi dan Idghom
Mitsli
e. Idghom Bighunnah (untuk م dan ن)
f. Idghom Bilaghunnah (ل dan ر)
وٌاyang dbaca pendek. Huruf-huruf bertasydid selain ن dan م, serta bacaan AsySyamsyyah.
3. Cara membaca huruf-huruf
"awalihus Suwar" (huruf-huruf diawal surat Al-Qur'an). Seperti الم. حم dan lain-lain.
~ Cara Mengajar :
1. Dalam mengajarkan bacaan
ikhfa' haqiqi, diterangkan bahwa selain
ٌ ٍ
ً ْن dibaca
dengung (dengungnya ikhfa'). Guru agar berusaha memberikan contoh dengungnya
bacaan ikhfa' dengan benar dan memperhatikan kepada para siswa. Di sini guru
waspada melihat bibir dan lisan para siswanya terutama pada huruf : ص ط ض ظ ف قdan ك .
2. Dalam mengajarkan bacaan
fawalihus suwar. Guru harus memberi contoh yang benar dan selalu mengingatkan
mana yang harus dibaca dengung dan mana yang tidak boleh didengungkan.
3. Dalam mengajarkan Mad
Wajib dan Mad Jaiz, diterangkan bahwa setiap ada tanda ~Dibaca lebih panjang dari biasanya.
4. Untuk mengajarkan bacaan
ghunnah (dengung), kita terangkan bahwa setiap dan dibaca dengung yang lama.
5. Sedangkan untuk semua
huruf bertasydid selain ن dan م harus dibaca cepat dan ditekan membacanya;
bias dibantu dengan satu ketukan. Demikian keterangan : setiap ada ّ (tanda tasdid) الtidak dibaca.
6. Pada pokok pelajaran اولئك diterangkan bahwa tidak ada tandanya jangan dibaca; dibaca pendek.
7. Dalam mengajarkan bacaan
Idzhar Syafawi dan Idzhom Mitsli, kita terangkan bahwa : setiap ْم dibaca jelas (tidak berdengung), kecuali jika
bertemu dengan مharus dibaca dengung. 8.
Untuk mengajarkan bacaan idhom bighunnah (م) diterangkan setiap ٌ
ٍ ً ْن
bertemu dengan م dibaca bibir "mingkem" (bibir
mengatup) dengan dengung yang lama.
9. Dan untuk menganajarkan
bacaan Idgom Bilaghunnah (ر ل)perlu
ٌ ٍ
ً ْن
diterangkan bahwa
ٌ ٍ
ً ْن
bertemu ل dan ر
dibaca ل
dan ر (bertasydid) dengan cepat dan ditekan, jangan
sampai dibaca terlalu lama.
·
Qiroati
Jilid V
~ Materi Pelajaran :
1. Bacaan-bacaan :
Idghom Bighunnah (untuk وdan ي)
Iqlab
Ikhfa' Syafawi dan Idzhar Syafawi
Lafadz Allah اللﻩ
Qolqolah (beserta makharijul hurufnya)
Mad Lazim Mutsaqqal Kalimi
Idzhar Halqi (dengan tanda nun)
2. Cara menghentikan bacaan
(mewaqafkan bacaan), yakni :
Waqaf Mad Aridh lissukun (waqaf panjang).
Waqaf Pendek
Waqaf Mad Thabi'I dan Waqaf Mad Iwadh
Waqaf ة(ta' marbuthoh)
3. Makharijul huruf-huruf : ع ﻩ dan ث
4. Mulai halaman 34, para
siswa dapat dilatih membaca surat-surat Al-Qur'an dan latihan membaca lancar
Al-Qur'an Juz 27 terbitan Yayasan Pendidikan Al-Qur'an Roudlotul Mujawwidin
Semarang.
~ Cara Mengajar :
1. Mengajarkan bacaan Idghom
Bighunnah
ٌ ٍ
ً ْن bertemu
و
dibaca bibir "mecucu" ("monyong" bahasa Sunda)
disertai dengung yang lama.
ٌ ٍ ً ْن
bertemu ي dibaca bibir nyengingis, degang yang lama.
2. Mengajarkan bacaan Iqlab
ٌ ٍ
ً ْن
bertemu ب dibaca bibir terkatup/bibir "mingkem", disertai dengan
dengan yang lama.
3. bacaan Ikhfa' Syafawi dan
Idzhar Syafawi :
Setiap م dibaca jelas (tanpa dengung), kecuali jika
bertemu م dan ب, dibaca dengan lama.
4. Untuk mengajarkan lafadz
Allah perlu contoh dan latihan
berulang-ulang secara seksama.
5. Demikian juga dalam mengajarkan bacaan Qolqolah, guru perlu
memberi contoh bacaan yang benar secara berulang-ulang, dan berusaha agar
siswanya dapat membaca qolqolah secara baik dan benar.
6. Dalam mengajarkan bacaan Mad Lazim Mutsaqol Kalimi, guru memberi
contoh beberapa kali dengan menerangkan bahwa "jika ada tanda ~ bertemu dengan tsydid dibaca sangat
pajang".
7. Untuk bacaan Idzhar Halqi
(adanya tanda ن ) kita
jelaskan "setiap ada tanda Nun " suara nun sukun / Tanwin dibaca
dengan jelas (tanpa dengung).
8. Cara mengajar
menghentikan bacaan (Waqaf) :
Waqaf Mad Aridh Lissukun : jika huruf terakhir didahului و ا atau ي, maka waqofnya dibaca panjang, bisa juga jika
sebelum huruf terakhir dibaca panjang, maka waqafnya dibaca panjang. Selain
itu, maka waqafnya dibaca pendek.
Waqaf Mad 'Iwadh : fathah panjang dan fathah tanwin waqofnya dibaca
panjang 1 Alif. ta' marbuthaoh waqofnya dibaca ﻩ
·
Qiroati
Jilid VI
~ Materi Pelajaran :
1. Bacaan Idzhar Halqi
2. Cara membacanya : الا yang sebaiknya dibaca washal / dibaca terus
ﻩا ha
panjang dibaca pendek.
3. Mulai jilid 6 ini para
siswa dapat dilatih membaca Al-Qur'an dari juz 1
~ Cara Mengajar :
1. Mengajarkan bacaan idzhar halqi secara bertahab satu persatu
kita sentuhkan dan kita terangkan bahwa "setiap nun sukun / tanwin jika
beretemu huruf-huruf غ ع خ ح(ء) اdan ﻩ" harus dibaca jelas tanpa dengung.
2. Dalam mengajarkan bacaan الاdan اناguru perlu memberi contoh beberapa kali. Ketika latihan membaca
mushhaf Al-Qur'an, para siswa mulai dilatih mengatur nafas dalam membaca
Al-Qur'an, tanpa adanya tanaffus (mengambil nafas ditengah-tengah membaca);
dengan cara mewaqafkan bacaan jika nafasnya tidak kuat, dan mengulang bacaan
kembali ('ibtida').
·
Kelebihan
Qiroati dengan Metode Lain
Metode qiro'ati ini dipilih karena dianggap mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan metode-metode yang lain, sehingga dapat menghasilkan
peningkatan kemampuan baca tulis al-qur'an, diantaranya yaitu:
1. Sebelum mengajar metode Qiroati para ustadz/ustdzahya harus
ditashih terlebih dahulu karena buku qiroati ini tidak dijual belikan dan hanya
untuk kalangan sendiri yang sudah mendapat syahadah.
2. Dalam penerapannya banyak sekali metode yang digunakan.
3. Dalam metode ini terdapat prinsip untuk guru dan murid.
4. Setelah ngaji Qiroati santri menulis bacaan yang sudah
dibacanya.
5. Pada metode ini setelah hatam 6 jilid meneruskan lagi
bacaanbacaan ghorib.
6. Dalam mengajar metode ini menggunakan ketukan, jadi dalam
membaca yang pendek dibaca pendek. Jika santri sudah lulus 6 jilid beserta
ghoribnya, maka ditest bacaannya kemudian setelah itu santri mendapatkan
syahadah.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Sebelum
adanya Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKQ),
pendidikan Al-Qur’an di Indonesia masih menggunakan sistem
“pengajian anak-anak” di musholah,
langgar, masjid bahkan dirumah-rumah. Metode pengajarannya dengan menggunakan
turutan, dengan menggunakan turutan, karena dianggap kurang praktis dan
efisien, terutama bagi mereka yang ingin bisa membaca Al-Qur’an lebih cepat dan
praktis. Melihat gejala seperti ini, banyak para ulama mencoba mencarikan atau
menyajikan alternatif yang lebih menarik dan memudahkan anak-anak dalam belajar
membaca Al-Qur’an.
Pada pertengahan tahun 1986 umat Islam dibuat lega dengan adanya
metode atau model pengajian anak-anak yang baru, yakni pendidikan Al-Qur’an
anak-anak untuk usia 4 – 6 tahun yang dirintis oleh Ust. H. Dahlan Salim
Zarkasy Semarang. Pada tahun 1963 Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy mulai mengajar
ngaji kepada anak-anaknya dan anak-anak tetangganya dengan menggunakan turutan.
Akan tetapi ternyata hasilnya kurang memuaskan, dimana anak-anak hanya
mengahafal saja.
Berdasarkan rasa tidak puas dengan hasil dari mengaji dengan kitab
turutan itu, maka beliau mencoba menyusun metode baru yang lebih efektif dan
efisien. Akhirnya berkat inayah, hidayah dan rahmah dari Allah SWT, Ust. H.
Dahlan Salim Zarkasy berhasil menyusun metode praktis belajar membaca Al-Qur’an
yang tersusun menjadi sepuluh jilid. Atas saran dua orang ustadz, yakni ustadz
Joened dan ustadz Sukri Taufiq metode ini diberi nama “Metode Qiroaty”, yang
berarti ‘inilah bacaan Al-Qur’anku yang tartil’. Melihat keberhasilan Ust. H.
Dahlan Salim Zarkasy dengan metode Qiroatinya pada tahun 1966, H.Ja’far,
seorang ulama’ semarang, mengajak beliau sowan kepada K.H. Arnawi Kudus untuk
menunjukkan buku qiroatinya. Dan Alhamdulillah, setelah diteliti dan dikoreksi,
mendapat restu beliau.
2.
Metode
qiroati adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang langsung memasukkan dan
mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qoidah ilmu tajwid.
3.
Dalam
penerapan metode Qiroati terdapat beberapa pengelompokan pelajaran, dimana yang
terbagi dalam 6 Jilid. Dari jilid 1 sampai dengan jilid 6, isi dan cara
pengajarannya berbeda-beda, karena hal itu menunjukkan danya tingkatan
kesulitan secara bertahap dalam metode pembelajarannya agar santriwan dan
santriwati dapat dengan mudah memahami isi dari setiap jilid yang diajarkan
oleh ustadz dan ustadzah.
B.
Saran
Dari
beberapa pemaparan diatas, disini kami sebagai penulis mempunyai harapan maupun
saran dengan ditulisnya makalah ini maka :
1.
Santriwan
dan santriwati dapat memahami Al-Quran dengan lebih mudah dan mengerti akan
qoidah yang dipelajarinya.
2.
Ustadz
dan ustadzah dapat mengetahui tingkatan materi dari masing-masing jilid yang
akan diajarkan kepada santriwan-santriwati sehingga mudah diterima dan
dipahami.
3.
Untuk
orang tua santriwan-santriwati dapat memotivasi anaknya agar lebih bersemangat
dalam belajar membaca dan menulis Al-Quran.
4.
Untuk
masyarakat dapat mendukung terselenggaranya pembelajaran membaca dan menulis
Al-Quran yang ada disekitarnya, guna membangun masyarakat yang berakhlak dan
mengerti akan hal yang baik dan yang benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar