HOME

SELAMAT DATANG DI BLOG RIZQI

Kamis, 16 Juni 2016

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL



PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
SEBAGAI SARANA MEMBENTUK KARAKTER BANGSA
(DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI PENDIDIKAN)

Resensi Ini Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Sosiologi Pendidikan

Dosen Pengampu :
M. Amir Mahmud, MA







  
Disusun oleh :
Ainur Rizqiyah  ( PAI IVA)

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) IBRAHIMY
GENTENG - BANYUWANGI
2016



RESENSI :
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
SEBAGAI SARANA MEMBENTUK KARAKTER BANGSA
(DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI PENDIDIKAN)
Oleh : Prof. Dr. Farida Hanum, M.Si

           Karakter bangsa adalah ciri khas dan sikap suatu bangsa yang tercermin pada tingkah laku dan pribadi warga suatu negara. Karakter bangsa sangat tergantung pada political will pemerintah atau penguasa suatu negara yang dibangun sesuai dengan visi suatu negara. Ada tiga tiang utama jati diri bangsa Indonesia yang tidak boleh digerogoti dengan cara apapun, yaitu : pertama, Indonesia sebagai suatu kebangsaan. Kedua, Indonesia adalah suatu negara yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Ketiga, Indonesia adalah satu kewilayahan.
           Cita-cita bersama untuk mewujudkan demokrasi menuntut adanya apresiasi terhadap keberagaman budaya sehingga perlu terhadap keberagaman budaya sehingga perlu pengelolaan keragaman secara sinergis. Pendidikan multikultural dianggap salah satu cara yang tepat untuk dapat menanamkan kemampuan masyarakat hidup dalam keberagaman.

A.             Pendidikan Multikultural dan Perilaku Bangsa
           Perilaku bangsa merupakan soft skill, yaitu seperangkat kemampuan yang mempengaruhi individu dalam berinteraksi dengan orang lain. Karakter dan jati diri bangsa sangat penting disosialisasikan pada peserta didik sejak dini untuk membentuk perilaku bangsa.
           Dalam konteks kehidupan yang multikultural, pemahaman yang berdimensi multikultural harus dihadirkan untuk memperluas wacana pemikiran manusia yang selama ini masih mempertahankan “egoisme" kebudayaan, agama, kelompok. Melalui pendidikan, sikap penghargaan terhadap perbedaan direncanakan dengan baik, generasi muda dilatih dan disadarkan akan pentingnya penghargaan pada orang lain dan budaya lain, bahkan dilatihkan dalam hidup, sehingga sewaktu mereka dewasa sudah punya sikap dan perilaku itu. Oleh sebab itu, sangat penting nilai-nilai dan pendidikan multikultural mewarnai proses belajar di kelas.

B.              Pengertian dan Tujuan Pendidikan Multikultural
Multikulturalisme meliputi tiga hal. Pertama, multikulturalisme berkenaan dengan budaya; kedua, merujuk pada keragaman yang ada; ketiga, berkenaan dengan tindakan spesifik pada respon terhadap keragaman tersebut.
Tujuan utama dari pendidikan multikultural adalah mengubah pendekatan pelajaran dan pembelajaran ke arah memberi peluang yang sama pada setiap anak. Pendidikan multikultural adalah ide, gerakan pembaharuan pendidikan dan proses pendidikan yang tujuan utamanya untuk mengubah struktur lembaga pendidikan supaya siswa baik pria maupun wanita, siswa yang berkebutuhan khusus, dan siswa yang merupakan anggota kelompok ras, etnis, dan kultur yang bermacam-macam itu akan memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai prestasi akademik di sekolah. Pendidikan multikultural paling tidak menyangkut tiga hal, yaitu :
1.   Kesadaran nilai penting keragaman budaya
Peningkatan kesadaran bahwa semua siswa memiliki karakteristik khusus karena usia, agama, gender, kelas sosial, etnis, ras atau karakteristik budaya tertentu yang melekat pada diri masing-masing.
2.   Gerakan pembaharuan pendidikan
3.   Proses pendidikan

C.             Pendekatan implementasi pendidikan multikultural
1.      Pendekatan kontribusi, dengan memasukkan pahlawan dari suku bangsa/etnis dan benda-benda budaya ke dalam pelajaran yang sesuai.
2.      Pendekatan aditif, pada tahap ini dilakukan penambahan materi, konsep, tema, perspektif terhadap kurikulum tanpa mengubah struktur, tujuan, dan karakteristik dasarnya.
3.      Pendekatan transformasi, pendekatan transformasi mengubah asumsi dasara kurikulum dan menumbuhkan kompetensi dasar siswa dalam melihat konsep, isu, tema, dan problem dari beberapa perspektif dan sudut pandang etnis.
4.      Pendekatan aksi sosial, tujuan utama dari pembelajaran dan pendekatan ini adalah mendidik siswa melakukan kritik sosial dan membantu mereka memperoleh pendidikan politis, sekolah membantu siswa menjadi kritikus sosial yang reflektif dan partisipan yang terlatih dalam perubahan sosial.

D.             Implementasi pendidikan multikultural di kelas
1.      Implementasi pendekatan kontribusi di kelas
        Substansi pendidikan multikultural pada tahap ini adalah menanamkan pada siswa bahwa manusia yang hidup disekitarnya dan di tempat lain serta di dunia ini sangat beragam. Sehingga mereka dapat belajar untuk menerima perbedaan dengan proses rasa yang menyenangkan.
2.      Implementasi pendidikan aditif di kelas
      Hal ini dilakukan untuk menanamkan pengetahuan yang luas bagi siswa. Dengan wawasan yang luas tentang keragaman budaya, kehidupan, persahabatan, siswa akan tumbuh menjadi orang yang inklusif, mudah menerima yang berbeda, toleran dan menghargai orang lain.
3.      Implementasi pendekatan transformasi di kelas
      Pada siswa sekolah lanjutan implementasi pendidikan multikultural dapat digunakan pendekatan transformasi. Siswa pada jenjang ini sudah mampu memiliki sudut pandang. Sehingga dapat tumbuh dan tercipta sikap saling menghargai, kebersamaan, dan cinta sesama dirasakan melalui pengalaman belajar.
4.      Implementasi pendekatan aksi sosial
      Dalam tahap aksi sosial, siswa sudah diminta untuk menerapkan langsung tentang konsep, isu atau masalah yang diberikan kepada mereka. Karena tujuan pengajaran dalam pendekatan ini adalah mendidik siswa mampu melakukan kritik sosial, mengambil keputusan dan melaksanakan rencana alternatif yang lebih baik.
      Tujuan utama dari pendekatan ini adalah menyiapkan siswa (mahasiswa) untuk memiliki pengetahuan, nilai, ketrampilan bertindak dan peran aktif dalam perubahan sosial, baik dalam skala regional, nasional, dann global.






















Tanggapan :
           Saya sependapat dengan artikel dalam jurnal tersebut. Menurut hemat saya, Kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh warga yang ada di dalamnya. Ketika warga di dalam wadah bangsa tersebut baik dengan indikator memiliki karakter yang baik dan mampu mengembangkan kemampuan untuk kemajuan suatu bangsa. Berbicara karakter, maka hal itu juga berbicara mengenai jati diri bangsa. Sehingga menurut Hasyim Djajal dalam bukunya, bangsa harus memiliki tiga tiang utama agar bangsa tersebut dapat mempertahankan eksistensinya. Untuk mewujudkan hal itu, perlu adanya apresiasi bersama terhadap keberagaman budaya sehingga nantinya akan terbentuk negara demokrasi yang saling sinergis.
           Memiliki warga masyarakat yang berkarakter merupakan impian suatu bangsa, maka perlulah ditanamkan sebuah pendidikan yang dapat menjadikan suatu bangsa mengerti akan keberagaman yang ada. Dalam hal ini pendidikan multikultural dikatakan salah satu cara yang tepat untuk dapat menanamkan kemampuan masyarakat hidup dalam keberagaman. Karena sikap saling menerima, menghargai nilai, budaya, keyakinan yang berbeda tidak otomatis akan berkembang sendiri.
           Pendidikan multikultural sendiri dapat menjadikan masyarakat yang berkarakter apabila sudah diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Baik Implementasi pendekatan kontribusi, Implementasi pendidikan aditif di kelas, Implementasi pendekatan transformasi di kelas, dan Implementasi pendekatan aksi sosial.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar