HOME

SELAMAT DATANG DI BLOG RIZQI

Kamis, 16 Juni 2016

PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM PENDIDIKAN



BAB I
PENGERTIAN DAN HUKUM
DASAR PENDIDIKAN
Oleh Drs. M. Noor Syam

            Dasar-dasar kependidikan sama artinya dengan Dasar-dasar Pendidikan. Uraian ini didasarkan atas pendekatan yang lebih mendasar dan praktis.
A.    KONSEPSI DAN RUANG LINGKUP PENDIDIKAN
Makna pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nila-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.
1.      Tinjauan Etimologis
Menurut Carter V. Good dalam “Dictionary of Education” Pendidikan adalah :
(1)   Seni, praktek, atau profesi sebagai pengajar (pengajaran).
(2)   Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid.
2.      Menurut buku “Higher Education for American Democracy” dinyatakan sebagai berikut :
Pendidikan ialah suatu lembaga dalam tiap-tiap masyarakat yang beradab, tetapi tujuan pendidikan tidaklah sama dalam setiap masyarakat.
3.      Menurut Prof. Richey, dalam buku “Planning for Teaching, an Introduction to Education” dinyatakan :
Pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di dalam sekolah saja.
4.      Menurut Prof. Lodge dalam buku “Philosophy of Education” dinyatakan sebagai berikut :
Dalam pengertian yang lebih luas, semua pengalaman dapat dikatakan pendidikan. Dalam pengertian yang lebih sempit, pendidikan berarti bahwa prakteknya identik dengan sekolah yaitu pengajaran formal dalam kondisi-kondisi yang diatur.
5.      Menurut Brubacher dalam bukunya “Modern Philosophies of Education” dinyatakan sebagai berikut :
Pendidikan diartikan sebagai proses timbal balik dari tiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, teman, dan alam semesta.


B.     HUKUM-HUKUM DASAR DALAM PENDIDIKAN
1.      Teori Hukum Empirisme
Dipelopori oleh John Locke (1632-1704) mengajarkan bahwa perkembangan pribadi ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan, terutama pendidikan. John Locke berkesimpulan bahwa tiap individu lahir sebagai kertas putih, teori ini terkenal sebagai Teori Tabularasa.

2.      Teori Hukum Nativisme
Tokoh Nativisme ini, Arthur Schopenhauer (1788-1860) menganggap faktor pembawaan yang bersifat kodrati dari kelahiran, yang tidak dapat diubah oleh pengaruh alam sekitar.

3.      Teori Hukum Konvergensi
Teori ini dikemukakan oleh William Stern (1871-1938) menyatakan perkembangan pribadi sesungguhnya adalah hasil kerjasama kedua faktor, baik internal(potensi-hereditas) maupun faktor eksternal (lingkungan, pendidikan)

C.    LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN
1.      Lembaga Keluarga
Motivasi pengabdian keluarga semata-mata demi cinta kasih yang kodrati sehingga proses pendidikan berlangsung seumur anak itu dalam tanggung jawab keluarga.
2.      Lembaga Sekolah
Lembaga sekolah ini meneruskan pembinaan yang telah diletakkan dasa-dasarnya dalam lingkungan keluarga.
3.      Lembaga Masyarakat
a.       Masyarakat adalah wadah dan wahana pendidikan, medan kehidupan yang majemuk
b.      Masyarakat dalam arti organisasi adalah tata pemerintahan.
Dr. Ki Hajar Dewantara menganggap ketiga lembaga pendidikan ini sebagai Tri Pusat Pendidikan. Artinya tiga pusat pendidikan yang secara bertahap dan terpadu mengemban tanggungjawab pendidikan bagi generasi mudanya. Hak dan tanggungjawab pendidikan secara resmi sesuai Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978 (GBHN).





D.    TANGGUNGJAWAB LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN
1.      Tanggungjawab Keluarga
a.       Dorongan/motivasi cinta kasih yang yang menjiwai hubungan orang tua dengan anak.
b.      Dorongan/motivasi kewajiban moal, seperti nilai-nilai religious.
c.       Tanggungjawab sosial sebagai bagian dari keluarga, bangsa dan negaranya.
2.      Tanggungjawab Sekolah
a.       Tanggungjawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan.
b.      Tanggungjawab keilmuan.
c.       Tanggungjawab professional ialah tanggungjawab professional pengelola dan pelaksana pendidikan.
3.      Tanggungjawab Pemerintah
a.       Tanggungjawab kenegaraan dan kemasyarakatan berupa motivasi untuk melestarikan kemerdekaan bangsa dan negara.
b.      Tanggungjawab structural kelembagaan yakni sebagai wujud tata kelembagaan negara dengan masing-masing aspek dan tanggungjawabnya.















BAB II
ILMU PENDIDIKAN SEBAGAI
ILMU PENGETAHUAN
Oleh Drs. Piet A. Sahertian

Menurut sistemnya Ilmu Pengetahuan dibedakan sebagai berikut :
1.      Ilmu-ilmu murni, misalnya matematika.
2.      Ilmu-ilmu pengalaman, misalnya : gejala-gejala hidup atau situasi pendidikan.

2.1  ilmu-ilmu empiris dibagi atas ilmu-ilmu alam dan rokhani
2.2  ilmu rokhani mencari obyeknya di dalam keaktifan rokhani manusia. Dibagi menjadi ilmu-ilmu Normatif dan ilmu-ilmu Deskriptif.

A.    ILMU PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU YANG NORMATIF
Mengapa Ilmu Pendidikan bersifat normatif?
            Nilai-nilai tidak diperoleh hanya dari praktek dan pengalaman mendidik, tetapi secara normatif bersumber dari norma masyarakat, filsafat, dan pandangan hidup, serta keyakinan keagamaan yang dianut seseorang.
1.      Orang Yunani mempunyai pandangan, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat (mensana incorpore sano), jadi sisstem nilai yang menjunjung tinggi aspek jasmani member corak normatif tersendiri.
2.      Abad 17, 18, dan 19 di Eropah Barat Nampak pengaruh Rasionalisme.
Eropah Barat mempunyai pandangan manusia adalah makhluk berpikir (homo sapiens). Contoh Rene Descartes dengan semboyan : “Cogito ergo sum”, yang artinya saya berpikir jadi saya ada. Dari contoh tersebut, bahwa ada nilai-nilai tertentu yang menjadi norma.
            Dengan demikian ilmu pendidikan diarahkan kepada perbuatan mendidik yang  bertujuan. Sedangkan nilai itu sendiri merupakan ukuran yang bersifat normative, maka Ilmu Pendidikan adalah Ilmu yan bersifat Normatif.
B.     ILMU PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU YANG BERSIFAT TEORITIS DAN PRAKTIS
1.      Ilmu Pendidikan disebut Ilmu yang Praktis, sebab ditujukan kepada praktek dan perbuatan-perbuatan yang mempengaruhi anak didik.  Dalam Ilmu mendidik teoritis, para cerdik pandai mengatur dan mensistemkan didalam swapikirnya masalah yang tersusun sebagai pola pemikiran pendidikan.
Ilmu mendidik sistematis mendahului ilmu mendidik historis. Akan tetapi ilmu mendidik historis memberikan bantuan dan memperkaya ilmu mendidik sistematis.
2.      Bagaimana hubungan antara ilmu mendidik historis dan ilmu mendidik praktis.
J.M Gunning berkata : teori tanpa praktek adalah baik pada kaum cerdik cendekiawan dan praktek tanpa teori hanya terdapat pada orang gila dan penjahat-penjahat.
Ilmu pendidikan memerlukan pemikiran teoritis. Pengertian teoritis diartikan sebagai pemikiran yang disusun secara teratur dan sistematis. Unsure pokok yang tersusun dalam pemikiran yang bersifat teoritis antara lain :
1). Yang menyangkut tujuan
2). Apakah anak didik dididik sebagai makhluk yang dapat dididik, yang mempunyai kemungkinan untuk dididik.
1.      Bidang yang menyangkut tujuan pendidikan.
Rumusan tujuan pendidikan termaktub dalam Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978 mengenai bidang pendidikan.
Tujuan instruksional khusus sebagai berikut :
1.      Cita-cita nasional (alinea kedua pembukaan UUD 1945)
2.      Tujuan nasional (alinea keempat pembukaan UUD 1945)
3.      Tujuan pembangunan nasional (TAP MPR No. IV/MPR/1978 bidang Pendidikan)
4.      Tujuan Institusional (tiap tingkat sekolah)
5.      Tujuan Kurikuler
6.      Tujuan instruksional hukum
7.      Tujuan instruksional khusus

2.      Anak Didik
      Yang terpenting dalam uraian ini ialah pengenalan tentang anak. Bahwa setiap anak mempunyai persamaan, tetapi juga perbedaan.

3.      Pengetahuan tentang diri pendidik sendiri.
      Sokrates mengatakan “kenallah dirimu sendiri”. Dengan mengetahui tentang diri, seorang pendidik sadar akan kelebihan dan kelemahannya.

4.      Pengetahuan tentang alat pendidikan.
      Alat pendidikan adalah segala usaha atau tindakan yang dengan sengaja digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Penggunaan alat pendidikan harus sesuai tujuan, keadaan anak didik, situasi pendidikan, dan lingkungan pendidikan. Misalnya : alat pendidikan yang berupa hukuman.

5.      Pengetahuan tentang lingkungan
      Baik lingkungan insani (persoonlijk milleu) dan lingkungan physic (zakelijk milleu), keduanya merupakan sumber pengaruh terhadap kepribadian anak.
1.      Ilmu pendidikan terletak dalam lingkungan penggolongan ilmu :
a.       Menurut sistemnya :
1). Ilmu-ilmu murni
2). Ilmu-ilmu pengalaman (empiri).
      Ilmu-ilmu empiri dibagi atas :
a.       Ilmu alam, dan
b.      Ilmu rohani.
2.      Ilmu pendidikan termasuk dalam kelompok ilmu rohani, disebut pula “behavioral sciences”
3.      Ilmu pendidikan termasuk ilmu yang normative, sebab ia berhubungan dengan pandangan tentang manusia.
4.      Ilmu pendidikan bersifat teoritis ditujukan kepada praktek mendidik.
5.      Pemikiran teoritis mencakup gambaran manusia yang ingin dicapai.















BAB III
DASAR-DASAR FILOSOFIS
(PENDIDIKAN) KEPENDIDIKAN
Oleh Drs. Ali Saifullah

      Setiap kegiatan pekerjaan mendidik dipandang sebagai kegiatan yang bersifat normative, yaitu suatu kegiatan atau proses menanamkan norma-norma kehidupan sesuai dengan dan bersumber pada dasar-dasar filsafat hidup yang dimilikinya.
A.    FILSAFAT SEBAGAI ILMU DAN METODE BERPIKIR

1.      Anekdote ruang kuliah filsafat.
            Mempelajari filsafat tidak mudah, karena bahannya sangat abstrak dan umum hasil pemikiran atau spekulasi manusia. Bahan filsafat ada tidaknya dan berguna tidaknya tergantung pada manusianya.
2.      Apakah filsafat dan metode filsafat.
a.       Definisi konsepsional filsafat.
      Filsafat adalah “the symbolic expression of culture”. Sehingga arti sesuatu konsep tidak mungkin berdiri sendiri dan selalu dikaitkan dan berkaitan dengan latar belakang filsafat dan kebudayaannya. Contoh istilah sarapan dan breakfast memiliki konotasi yang berbeda sesuai dengan perbedaan kebudayaannya.
b.      Definisi analitis operasional.
      Filsafat sebagai metode berpikir. Berpikir filosofis terdiri  atas berpikir sinoptis, berpikir spekulatif, dan berpikir reflektif.
      Berpikir sinoptis adalah berpikir merangkum, yaitu penarikan kesimpulan umum dari berbagai cabang ilmu pengetahuan dalam suatu postulat atau aksiomata melalui proses abstraksi dan generalisasi.
      Berpikir radikal sebagai variasi berpikir filsafat yang lain adalah berpikir mendalam sampai batas “radix”, akarnya. Berpikir Reflektif sebagai variasi ketiga dari metode filsafat merupakan kebalikan dari yang sinoptis, dimana dari suatu kasus peristiwa individual diajukan berbagai macam teori dan asumsi untuk bidang dan masalah kehidupan yang lain.

Filsafat sebagai sistem pemikiran
      Filsafat dalam pengertian sistem terdiri atas tiga aspek yang saling berkaitan, yaitu tiga aspek metafisika yang menjawab masalah kosmologi dan ontology, ethika yang menjawab persoalan nilai norma tingkah laku yang baik dan tidak.
Filsafat sebagai aliran dan atau teori.
      Variasi filsafat diatas, menyebabkan timbulnya bermacam-macam aliran filsafat seperti idealism, rasionalisme, realism, empirisme, pragmatism, materialisme dan eksistensialisme.
3.      Bahaya mempelajari Filsafat
            Setelah mempelajari sistem-sistem filsafat akan dihadapkan kepada kenyataan terdapatnya sistem ganda artinya dikembangkan baik penegak hukum maupun pelanggar hukum seperti kerja keras, sabar, ketabahan, dan kesetiaan.
            Bahaya kedua ialah deviasi filosofis memberikan akibat fatal dalam kenyataan tingkah laku manusia, kenyataan hidup dan penghidupannya, baik sebagai individu atau warga negara.
            Bahaya ketiga ialah bahwa dengan selesainya matakuliah filsafat,manusia merasa telah memiliki “jiwa” ilmu filsafat, telah mampu “berpikir filosofis”, bahkan mengangkat dirinya sebagai filosof. Sebaliknya seseorang yang mendalami ilmu filsafat telah demikian jenuh, menyebabkan tidak tahu dan tidak memahami teori filsafat.
4.      Nilai manfaat filsafat.
a.       Dapat dijadikan pedoman dalam kenyataan kehidupan sehari-hari.
b.      Dengan memiliki filsafat hidup, pandangan hidup yang mantap akan menentukan setiap tingkah laku yang kita pilih.
c.       Dengan mengerti filsafat hidup, kehidupan lebih terarah dan mantab.
d.      Agar tingkah lakunya lebih bernilai.

B.     ILMU FILSAFAT PENDIDIKAN
1.      Ilmu Pendidikan sebagai Ilmu Pengetahuan Normatif.
a.       Sebagai ilmu pengetahuan normative, ilmu pendidikan merumuskan norma-norma yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia.
b.      Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan atau pendidik ialah menanamkan sistem norma yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat.
c.       Ilmu pendidikan erat hubungannya dengan ilmu filsafat dan ilmu pengetahuan normative lainnya, yang menyebabkan lahirnya cabang ilmu pengetahuan baru yaitu filsafat pendidikan (1908).
d.      Ilmu pengetahuan normative meliputi agam, filsafat, etika, aesthetika dan logika.
e.       Bahwa agama dan cabang serta istilah yang equivalent, menentukan dasar dan tujuan pendidikan manusia.
f.       Sistem pendidikan bertugas merumuskan alat-alat, prasarana, pelaksanaan, teknik-teknik dan proses pendidikan.
g.      Isi moral pendidikan berisi perumusan norma-norma yang merupakan konsepsi dasar nilai moral pendidikan.
h.      Filsafat kehidupan sebagai suatu lapangan studi bertugas merumuskan secara normative dasar-dasar dan tujuan pendidikan.
2.      Mengapa Filsafat Pendidikan.
a.       Bahwa setiap manusia harus bertindak secara sadar dan terarah atas keputusan bathinnya sendiri.
b.      Setiap individu bertanggungjawab dalam pendidikan, dimana tanggungjawab tersebut ditentukan oleh sistem dasar nilai norma yang melandasinya.
c.       Dunia pendidikan harus memiliki filsafat pendidikan sebagai “guidepost”, tonggak penunjuk jalan sumber dasar pendidika.
d.      Ketika individu pendidik tidak netral, maka akan mengamalkan aliran filsafat pendidikan dengan tanggung jawab.

3.      Pendekatan-pendekatan Filsafat Pendidikan.
a.       Pendekatan Tradisional
1)      Dasar-dasar pendidikan adalah filsafat, maka harus memiliki pengetahuan dasar tentang filsafat.
2)      Kenyataan yang essensial baik dan benar adalah kenyataan yang tetap, kekal, dan abadi
3)      Nilai yang benar adalah nilai yang absolute, universal, dan obyektif.
4)      Tujuan yang baik harus dicapai dengan alat sarana yang baik juga.
5)      Faktor pengembang sejarah adalah sarana alat untuk “prosperity of life” dan bukannya “welfare of life” sebagai tujuan hidup dan pendidikan.
b.      Pendekatan Progressif.
1)   Bahwa dasar-dasar pendidikan adalah sosiologi yang skeptic terhadap kenyataan yang bersifat metafisis transendetal.
2)   Bahwa kenyataan adalah perubahan.
3)   Bahwa kebenaran dan kebajikan adalah kreasi manusia.
4)   Bahwa antara tujuan dan alat adalah bersifat kontinu.

4.      Aliran-aliran Filsafat Pendidikan
a.       Kategori filsafat pendidikan akademis-skolastik, meliputi kelompok tradisional dan progressive.
b.      Kategori filsafat religious, meliputi segala macam aliran agama.
c.       Kategori filsafat pendidikan sosial politik, meliputi aliran humanism, nasionalisme, liberalisme, sekuralisme, fascism, dan sosialisme.

5.      Kriteria Kualifikasi Filsafat Pendidikan
a.       Menyelesaikan problema essensial filsafat pendidikan :
1)   Merumuskan secara tegas sifat dan hakekat pendidikan.
2)   Merumuskan sifat dan hakekat manusia sebagai subjek dan objek pendidikan.
3)   Merumuskan hubungan antara agama, filsafat, dan kebudayaan.
4)   Merumuskan hubungan antara filsafat pendidikan dan science of education.
5)   Merumuskan sistem nilai norma pendidikan.
b.      Harus bersifat “terbuka” untuk dikenai kritik evaluative.
c.       Member kesempatan individu untuk berpikir kritis dan reflektif.

6.      Nilai Manfaat Filsafat Pendidikan.
(1)      Membiasakan diri mengadakan perenungan mendalam.
(2)      Membiasakan diri berpikir kritis dan reflektif.
(3)      Memberikan kesempatan kepada guru untuk meninjau kembali pandangan filsafat pendidikan yang selama ini diyakininya.
(4)      Memberikan pengertian yang mendalam akan problema-problema yang essensial dan dasar-dasar pertimbangan mana yang harus digunakan.


















BAB IV
DASAR-DASAR SOSIAL PENDIDIKAN
Oleh Drs. Ali Saifullah

            Dasar-dasar sosial sebagai suatu rumpun masalah pendidikan merupakan bidang studi sosiologi pendidikan, yakni hubungan sekolah dengan masyarakat, yang melandaskan diri pada dasar pemikiran bahwa peranan sekolah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat yang cepat berubah.
             Sebagai sistem sosial, antara pendidikan dan lembaga sosial saling mempengaruhi sehingga perubahan di salah satu bagian dari sistem sosial akan mengharuskan perubahan penyesuaian terhadap keseluruhan sistem. Seimbang dengan menurunnya peranan orang tua dan keluarga, maka semakin meningkat peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.
A.    HUKUM HUBUNGAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT
            Hukum hubungan sekolah dan masyarakat yang dikemukakan oleh Wilds dan Lottich di bukunya The Foundation of Modern Education yaitu :
1.      Bahwa perubahan lingkungan fisik, sosial, politik dan ekonomi akan menentukan atau membawa  perubahan konsepsi manusia tentang pendidikan.
2.      Bahwa perubahan konsepsi manusia tentang kehidupan akan menentukan atau merubah konsepsi manusia tentang pendidikan.
3.      Bahwa perubahan tentang konsepsi pendidikan akan merubah konsepsi manusia tentang tujuan pendidikan.
4.      Bahwa perubahan konsepsi tentang tujuan pendidikan akan merubah konsepsi manusia tentang isi materi, susunan jenjang, organisasi dan jenis-jenis pendidikan sampai pada metodologi pendidikannya.
5.      Bahwa perubahan dalam konsepsi dan tujuan pendidikan merupakan akibat, ditentukan oleh atau sebagai suatu usaha perubahan penyesuaian terhadap perubahan lingkungan-lingkungan dan tujuan hidup manusia.

B.     BEBERAPA KONSEPSI PENDIDIKAN
1.      Pendidikan adalah kegiatan memperoleh dan menyampaikan pengetahuan, sehingga memungkinkan transmisi kebudayaan kita dari generasi yang satu ke generasi berikutnya.
      Konsep pendidikan diatas mengangkat derajat manusia sebagai makhluk budaya,konsep pendidikan didefinisikan keseluruhan rumpun informasi-informasi tentang cara-cara manusia bertingkah laku, dan tinggi rendahnya, lengkap tidaknya informasi yang dimiliki manusia akan menentukan tingkah perkembangan kebudayaannya.
      Aspek-aspek kebudayaan yaitu agama, sosial, politik, ekonomi, seni budaya, dan ilmu pengetahuan.

2.      Pendidikan adalah proses dengan mana individu diajar bersikap setia dan taat dengan mana pikiran manusia ditera dan dibina.
      Konsepsi pendidikan ini menekankan betapa pentingnya dan kuatnya peranan pendidikan dalam pembinaan manusia. Pendidikan diartikan sebagai proses pembinaan sikap mental dengan cara melatih dan mengembangkannya ke arah nilai yang diinginkan yaitu nilai sikap kesetiaan dan ketaatan.

3.      Pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan dimana individu diberi pertolongan untuk mengembangkan kekuatan, bakat kemampuan dan minatnya.
      Rumus pendidikan diatas menjelaskan asas penting dalam filsafat pendidikan bahwa konsep hakekat pendidikan relative ditentukan konsep tentang sifat hakekat manusia yang terdiri atas empat aspek yaitu kekuatan, bakat, kemampuan, dan minat kepentingannya.

4.      Pendidikan adalah pembangunan kembali atau penyusunan kembali pengalaman, sehingga memperkaya arti perbendaharaan pengalaman yang dapat meningkat kemampuan dalam menentukan arah tujuan pengalaman selanjutnya.
      Pendidikan diartikan sama dengan pertumbuhan, selama dalam diri manusia terjadi peristiwa pertumbuhan, maka selama itu pula terjadi peristiwa pendidikan. Dengan demikian pendidikan tidak dibatasi oleh sesuatu yang di luar prose itu sendiri, yaitu pertumbuhan yang terus menerus.
      Pola reaksi disini adalah pola reaksi tingkah laku pemecahan masalah, yaitu tahapan berpikir manusia yang hidup dalam kondisi dan situasi sosial yang terlalu menciptakan kebenaran, kenyataan dan problema baru dan berbeda-beda.

5.      Pendidikan adalah proses dimana seseorang diberi kesempatan menyesuaikan diri terhadap aspek-aspek kehidupan lingkungan yang berkaitan dengan kehidupan modern untuk mempersiapkan agar berhasil dalam kehidupan orang dewasa.
      Rumus pendidikan ini menetapkan bahwa pendidikan adalah proses yang diawali dengan kegiatan mengantarkan seseorang mengadakan perubahan penyesuain terhadap unsur-unsur linkungan yang ada sangkut pautnya dengan kehidupan modern. Sehingga dapat dikategorikan pada pola sikap menthal yang tidak menghormati tradisi sosial masyarakat.
      Manusia dewasa modern sebagai tujuan pendidikan adalah seorang pribadi terbuka, yang mampu mengambil keputusan sendiri dalam tingkah lakunya serta berorientasi pada masa kini dan masa yang akan datang.

C.    SUMBER-SUMBER SOSIAL PROBLEMA PENDIDIKAN.
1.      Faktor-faktor Sosial dari Kemajuan Murid.
a.       Faktor bakat, minat dan ciri kepribadian murid menentukan motivasi belajar mereka rendah, sedang, atau tinggi.
Usaha yang dapat dilakukan adalah mengadakan kelompok kemampuan.
b.      Keadaan keluarga pelajar. Status ekonomis banyak menentukan kemampuan keluarga dalam menyediakan fasilitas sarana yang diperlukan anak dalam menelaah bahan pelajaran di sekolah, dari soal makanan sampai soal buku-buku pelajaran.
c.       Faktor masyarakat kelompok sebaya dengan siapa anak-anak mengadakan kegiatan di luar sekolah dan keluarga.
d.      Media komunikasi massa. Dimana pemujaan anak pada pribadi atau tokoh sosial di luar keluarga dan sekolah anak.
e.       Tinggi rendahnya dan berat ringannya beban bahan pelajaran yang dituntut oleh guru.

2.      Faktor Sosial dari Kemajuan Guru.
a.       Bakat, minat dan kemampuan anak akan menentukan struktur susunan kelas yang dihadapi guru, yang akan menunjang lancer tidaknya pelaksanaan tugas pendidikan guru.
b.      Kebijaksanaan dan tuntutan serta relasi personalia administratif pendidikan dan ini meliputi kebijakan tentang pertumbuhan jabatan guru, apakah didasarkan atas masa kerja atau hasil karya mereka.
c.       Hubungan guru dengan orang tua.
d.      Keadaan keluarga guru, yaitu kondisi kesehatan, sosial psikologis serta ekonomi.

3.      Faktor Sosial dari Kemajuan Sekolah.
a.       Sumber-sumber dana yang tersedia dalam masyarakat dan yang disediakan bagi pembangunan sistem persekolahan.
b.      Struktur susunan status sosial, kelas ekonomi, kelompok ras, dan suku bangsa.
c.       Keadaan stabil penghuni daerah, pengelolaan sistem sekolah dan terdapat tidaknya lembaga pendidikan guru di sekitar sekolah.



BAB V
DASAR-DASAR PSIKOLOGIS
DALAM PENDIDIKAN
Oleh Dra. Moeslichatoen Rosjidan

A.    HUKUM-HUKUM DASAR PERKEMBANGAN KEJIWAAN MANUSIA
1.      Tiap-tiap anak memiliki sifat kepribadian yang unik.
Keunikan sifat pribadi seseorang dipengaruhi tiga faktor, yaitu :
a.       Faktor Ketiurunan
      Anak memperoleh warisan sifat-sifat pembawaan dari kedua orang tuanya yang merupakan potensi-potensi tertentu.
b.      Faktor Lingkungan
c.       Faktor Diri (Self)
      Yaitu kehidupan kejiwaan seseorang yang terdiri dari perasaan, usaha, pikiran, pandangan, penilaian, keyakinan, sikap dan anggapan berpengaruh dalam membuat keputusan tentang tindakan sehari-hari.

2.      Tiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda.
     Indeks Kecerdasan atau IQ diperoleh dari :
Usia Kecerdasan (dalam satuan bulan) x 100 = IQ
Usia Kalender (dalam satuan bulan)

Klasifikasi Kecerdasan
IQ
Klasifikasi
140 – keatas
Genius
130 – 139
Sangat Pandai
120 – 129
Pandai
110 – 119
Diatas Normal
90 – 109
Normal/sedang
80 – 89
Di bawah Normal
70 – 79
Bodoh
50 – 69
Feeble minded : moron
49 – ke bawah
Feeble minded : imbecile, idiot


3.      Tiap tahap  perumbuhan mempunyai ciri-ciri tertentu.
a.       Ciri-ciri pertumbuhan kejiwaan anak Taman Kanak-kanak
1)      Kemampuan melayani kebutuhan fisik secara sederhana sudah tumbuh.
2)      Mulai mengenal kehidupan sosial seperti kesenangan untuk berkawan.
3)      Menyadari dirinya berbeda dengan anak lain yang mempunyai keinginan dan perasaan tertentu
4)      Masih tergantung dengan  orang lain
5)      Belum dapat membedakan antara yang nyata dan yang khayal.
b.      Ciri-ciri pertumbuhan kejiwaan anak Sekolah Dasar.
1)      Pertumbuhan fisik dan motorik maju pesat.
2)      Dapat bekerjasama dalam kehidupan sosial.
3)      Semakin bertumbuhnya minat tertentu.
4)      Kemampuan berpikir dalam tingkatan persepsional.
5)      Mempunyai kesanggupan untuk memahami hubungan sebab akibat.
c.        Ciri-ciri pertumbuhan kejiwaan anak Sekolah Menengah.
1)      Bertambahnya kemampuan memahami hal-hal yang bersifat abstrak.
2)      Bertambahnya kemampuan berkomunikasi.
3)      Mampu melakukan identifikasi kondisi.
4)      Bertambahnya kemampuan untuk membuat keputusan sendiri.
5)      Bertambahnya pengertian tentang konsepsi moral dan nilai-nilai.
d.      Ciri-ciri pertumbuhan kejiwaan Orang Dewasa.
1)      Memiliki kemantapan emosi.
2)      Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan semakin mantap.
3)      Sanggup memenuhi hal dan kewajiban kelompok sepenuhnya.
4)      Menyadari kekurangan diri yang harus ditingkatkan untuk penyempurnaan diri.

B.     PROSES  PENDIDIKAN AUTOAKTIFITAS.
            Proses pendidikan adalah adalah  merupakan salah satu aktifitas manusia. Apa yang mendorong melakukan sesuatu perbuatan biasanya tidak ditentukan oleh motivasi tunggal.  Kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi seseorang memiliki tingkatan makna yang tidak sama.
            Hirarkhi kebutuhan menurut Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman, kebutuhan memperoleh kasih sayang dan memiliki, kebutuhan memperoleh penghargaan, pemuasannya sangat tergantung dengan orang lain, kebutuhan estetis yang tergantung pada diri sendiri dan aspek-aspek non manusia dalam pemuasannya.





C.    PENDIDIKAN, PENGAJARAN, PERUBAHAN TINGKAH-LAKU.
            Hasil pendidikan yang berupa perubahan tingkah-laku meliputi bentuk kemampuan yang menurut Bloom dan kawan-kawannya diklasifikasi dalam 3 domain :
1.      Kemampuan Kognitif
      Yang termasuk kategori kemampuan kognitif yaitu : mengetahui, memahami, mengetrapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Kemampuan kognitif sifatnya hirarkhis, artinya kemampuan pertama yang harus dikuasai.

2.      Kemampuan Afektif
      Yang termasuk kemampuan Afektif adalah menerima (receiving), menanggapi (responding), menghargai (valuing), membentuk (organization), berpribadi (characterization complex). Kemampuan afektif juga bersifat hirarkhis.

3.      Kemampuan Psikomotor
      Kemampuan Psikomotor ialah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan kegiatan fisik. Adanya klasifikasi kemampuan dapat menentukan langkah dalam proses belajar dengan memperhatikan :
·         Apa yang ingin dicapai dalam proses belajar.
·         Bagaimana murid harus belajar.
·         Metode dan bahan yang digunakan dalam proses belajar mengajar.
·         Perubahan tingkah laku yang diharapkan.











BAB VI
KONSEP PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Oleh Drs. M. Noor Syam

            Konsepsi pendidikan seumur hidup (lifelong education) melalui kebijaksanaan negara (Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 jo Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978, tentang GBHN) yang menetapkan prinsip-prinsip pembangunan nasional antara lain :
1.      Pembangunan bangsa dan watak bangsa dimulai dengan membangun subyek manusia Indonesia seutuhnya, sebagai perwujudan manusia Pancasila.
2.      Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya secara khusus merupakan tanggung jawab lembaga dan usaha pendidikan.
      Prinsip-prinsip dasar yang terkandung meliputi asas-asas :
1.      Asas pendidikan seumur hidup.
2.      Lembaga pelaksana dan wahana pendidikan, meliputi : lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat.
3.      Lembaga penanggungjawab pendidikan mencakup kewajiban dan kerjasama dalam kehidupan, yaitu : lembaga keluarga (orang tua), sekolah (lembaga pendidikan formal) dan lembaga masyarakat.
            Ketiga lembaga penanggungjawab pendidikan ini oleh Dr. Ki Hajar Dewantara disebut Tri Pusat Pendidikan. Prof. Dr. M.J. Langeveld mengajarkan adanya batas umur dan batas waktu pendidikan. Misalnya batas bawah antara 5 – 6 tahun dan batas atas antara 18 – 25 tahun yang dianggap sebagai tingkat kedewasaan.
A.          PENDIDIKAN MANUSIA SEUTUHNYA
        Kepribadian manusia adalah suatu perwujudan keseluruhan segi manusiawinya yang unik, lahir bathin dan dalam antar hubungannya dengan kehidupan sosial dan individualnya.
        Membahas pendidikan manusia seutuhnya, sebenernya adalah menganalisa secara konsepsional (teoritis dan praktis) apa dan bagaimana perwujudan manusia seutuhnya. Konsepsi manusia seutuhnya mencakup pengertian :
1. Konsepsi keutuhan potensi subyek manusia sebagai subyek yang berkembang.
        Kepribadian manusia lahir bathin ialah satu kebulatan yang utuh antara potensi-potensi hereditas (bawaan) dengan faktor-faktor lingkungan. Potensi-potensi manusia secara universal meliputi : potensi jasmani, piker, rasa, karsa (kehendak, keinginan), cipta (daya cipta, kreativitas), karya (kemampuan menghasilkan), dan potensi budi-nurani (hati nurani).
2. Konsepsi keutuhan wawancara (orientasi) manusia sebagai subyek yang sadar nilai.
        Manusia sebagai subyek nilai ialah pribadi yang menjunjung nilai, artinya menghayati, meyakini dan mengamalkan sistem nilai tertentu. Manusia bersikap, berpikir, bertindak dan bertingkah laku dipengaruhi oleh wawasan yang mencakup :
a.       Wawasan dunia akhirat
b.      Wawasan individualitas dan sosial, secara berkeseimbangan.
c.       Wawasan jasmaniah dan rokhaniah
d.      Wawasan masa lampau dan masa depan.
        Keempat wawasan ini akan memberikan aspirasi dan motivasi bagi sikap dan tindakan seseorang menurut kadar kesadaran wawasannya masing-masing. Wawasan atau orientasi ini memberikan arah dan pertimbangan dalam berbagai keputusan dan kebijaksanaan pribadi dalam pergaulan dan kehidupan.

B.     DASAR-DASAR, TUJUAN DAN IMPLIKASINYA.
1.      Dasar – dasar
a.       Dasar-dasar Filodofis
(1)   Manusia sebagai makhluk pribadi;
(2)   Manusia sebagai makhluk sosial;
(3)   Manusia sebagai makhluk susila.
b.      Dasar-dasar Psikofisis
(1)   Potensi-potensi dan kesadaran rokhaniah;
(2)   Potensi-potensi dan kesadaran jasmaniah;
(3)   Potensi-potensi Psikofisis dalam suatu lingkungan baik alamiah maupun sosial budaya.
c.       Dasar-dasar Sosio-budaya
(1)   Tata nilai warisan budaya bangsa yang menjadi filsafat hidup;
(2)   Nilai-nilai filsafat negara yakni Pancasila;
(3)   Nilai-nilai budaya dan tradisi bangsa seperti bahasa;
(4)   Tata kelembagaan baik yang formal maupun non formal.
2.      Tujuan
a.       Untuk mengembangkan potensi kepribadian manusia baik potensi jasmani (fisiologis dan pancaindera) maupun rokhaniah (psikologis dan budi nurani).
b.      Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dan dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung selama manusia hidup.
3.      Implikasi
a.       Pemgertian Implikasi
Ialah akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan.
b.      Segi-segi Implikasi :
(1)   Manusia seutuhnya sebagai subyek didik;
(2)   Proses berlangsungnya pendidikan yakni waktunya seumur hidup.

c.       Isi yang dididikkan :
(1)   Potensi jasmani dan rokhaniah, dengan mengembangkan sikap hidup;
(2)   Potensi piker (rasional), dengan mengembangkan kecerdasan;
(3)   Potensi perasaan dikembangkan :
·         Perasaan yang peka dan halus dalam segi moral dan kemanusiaan;
·         Perasaan estetika dengan mengembangkan minat kesenian.
(4)   Potensi karsa atau keamauan dengan mengembangkan sikap rajin belajar/bekerja.
(5)   Potensi-potensi cipta, dengan mengembangkan daya kreasi dan imajinasi;
(6)   Potensi karya;
(7)   Potensi budi – nurani : kesadaran ketuhanan dan keagamaan.
















BAB VII
FUNGSI SEKOLAH SEBAGAI LEMBAGA SOSIAL
Oleh Drs. Sanapiah Faisal

A. PRANATA SOSIAL DALAM MASYARAKAT.
(1)   Pranata Pendidikan
   Inti urusannya terletak pada upaya sosialisasi pendidikan.
(2)   Pranata Ekonomi
   Into urusannya terletak pada upaya kemakmuran hidup.
(3)   Pranata Politik
   Inti urusannya terletak pada upaya penciptaan integrasi dan stabilitas hidup.
(4)   Pranata Teknologi
   Inti urusannya terletak pada pada upaya innovasi peralatan dan cara-cara penanganan usaha.
(5)   Pranata Moral dan Etika
   Inti urusannya terletak pada upaya interpretasi tentang baik buruknya penyikapan.

B.  SEKOLAH SEBAGAI PUSAT PENDIDIKAN FORMAL
                    Sekolah sebagai pusat pendidikan formal merupakan perangkat masyarakat yang diserahi kewajiban pemberian pendidikan. Lembaga sosial formal bisa disebut sebagai satu organisasi, yaitu terikat kepada tata aturan formal, berprogram dan bertarget serta memiliki struktur kepemimpinan penyelenggaraan yang resmi.
                    Penjabaran dari fungsi sekolah sebagai pusat pendidikan formal, terlihat pada tujuan institusional, yaitu tujuan kelembagaan pada masing-masing jenis dan tingkatan sekolah.
C.    HUBUNGAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT
1)      Sekolah sebagai partner dari masyarakat di dalam melakukan fungsi kehidupan
            Hubungan fungsional diantara keduanya adalah :
            Pertama, fungsi pendidikan di sekolah sedikit banyaknya dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang di lingkungan masyarakat. Antara lain dapat dilakukan dengan forum komunikasi antara organisasi sekolah dengan dengan organisasi serta lembaga-lembaga lainnya di masyarakat.
            Kedua, fungsi pendidikan di sekolah sedikit banyaknya dipengaruhi oleh sedikit banyaknya serta fungsional tidaknya pendaya-gunaan sumber-sumber belajar di masyarakat. Seperti adanya perpustakaan umum.

2)      Sekolah sebagai produser yang melayani pesanan-pesanan pendidikan dari masyarakat lingkungannya.
            Hubungan rasional diantara keduanya :
            Pertama, sekolah sebagai lembaga layanan terhadap kebutuhan pendidikan masyarakatnya, membawa konsekuensi-konsekuensi konseptual dan teknis sehingga berkesusuaian antara fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah dengan apa yang dibutuhkan masyarakatnya.
            Kedua, akurasi sasaran atau target pendidikan yang ditangani oleh lembaga pendidikan akan ditentukan pula oleh kejelasan formulasi kontrak antara sekolah (selaku pelayan) dengan masyarakat (selaku pemesan).
            Ketiga, penunaian fungsi sekolah sebagai pihak yang dikontrak untuk melayani pesanan pendidikan oleh masyarkatnya, akan dipengaruhi oleh ikatan-ikatan obyektif diantara keduanya yang bisa berupa perhatian, penghargaan dan topangan-topangan tertentu seperti dana.














BAB VIII
MASYARAKAT SEBAGAI SALAH SATU
LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Oleh Drs. Abdul Manan

      Ciri-ciri khas masyarakat yang berpengaruh terhadap  kegiatan yang menyangkut masalah pendidikan :
A.    NILAI-NILAI SOSIO BUDAYA BANGSA.
     Dalam kehidupan sehari-hari nilai-nilai sosial harus dijabarkan dalam bentuk norma-norma hidup masyarakat, sehingga mudah dipahami dan diikuti oleh segenap lapisan masyarakat.
     Berbicara masalah nilai, sebenarnya adalah melihat sesuatu dari segi kegunaan dalam kehidupan yang menyangkut masalah jasmaniah dan rokhaniah.
·      Contoh nilai sosio budaya yang bernilai kebendaan yaitu candi Borobudur.
·      Contoh nilai sosio budaya yang bersifat rokhaniah meliputi rasa keindahan, kebenaran, etika dan agama.
           Menurut Havighurst dan neugarten, kebudayaan meliputi etika, bahasa, makanan, kepercayaan terhadap agama, pengetahuan dan nilai-nilai yang merupakan hasil karya manusia.
Setiap bangsa memiliki nilai-nilai sosio budaya, maka bagi bangsa Indonesia nilai yang dihayati, dijunjung tinggi, diamankan dan diamalkan dalam kehidupan adalah Pancasila. Pemerintah menyusun suatu pedoman bagi bangsa Indonesia untuk menghayati , dan mengamalkan Pancasila  yang sebutan resminya adalah Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) atau Eka Prasetya Pancakarsa.
B.     KESADARAN ASPIRASI PANDANGAN HIDUP, CITA NASIONAL TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN.
           Adanya kesadaran terhadap semua hal merupakan kunci pokok dari keberhasilan mencapai tujuan. Betapa pentingnya peranan kesadaran terhadap pandangan hidup yang juga merupakan aspirasi setiap bangsa untuk menuju cita-cita.

           Kehidupan mesti dibarengi dengan adanya cita-cita yang hendak dicapai. Bagi bangsa Indonesia, cita-cita nasional itu adalah terdapatnya suatu masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Cita-cita nasional juga merupakan tujuan pembangunan nasional yang dalam GBHN dirumuskan sebagai berikut :
Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat dan bersatu, dalam suasana perikehidupan Bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

           Tanggung jawab pendidikan dalam hubungannya dengan masalah aspirasipandangan hidup bangsa dan cita-cita nasional memiliki dua buah sifat, yaitu :
1.   Sifat refleksif, dimana pendidikan harus memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai sosio budaya dan membina generasi muda untuk mengamalkannya, sehingga mereka dapat hidup di masyarakat dengan baik.
2.   Sifat progresif menuntut para pelaksana pendidikan menyiapkan anak didik agar dapat dan mau melihat jauh ke depan, dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi dalam usaha mencapai tujuan.
           Pendidikan juga merupakan proses normative yang mempersoalkan ukuran dan pertumbuhan nilai serta kegunaan pendidikan bagi anak didik. Untuk menangani hal ini, pendidikan harus berpijak pada suatu idealisme. Bagi bangsa Indonesia idealism yang mendasari semua kegiatan adalah idealism Bangsa dan Negara Indonesia yaitu Pancasila.
C.    DINAMIKA ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN EKONOMI
           Perkembangan ilmu pengetahuan menyebabkan perkembangan teknologi, dan perkembangan teknologi menyebabkan perkembangan di bidang ekonomi. Perkembangan teknologi telah menyebabkan kehidupan lebih baik. Pendidikan harus dapat berbicara dalam menghadapi situasi dunia seperti sekarang ini.
           Untuk mencegah penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjurus ke akibat-akibat negative, maka tugas pendidikan yang bersifat normative harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Pendidikan dapat dipergunakan untuk membantu penduduk dalam meningkatkan taraf hidupnya ke tingkat yang lebih tinggi melalui usaha mereka sendiri.
           Sebaliknya perkembangan ekonomi juga dapat membantu proses pendidikan karena dengan meningkatnya ekonomi baik nasional maupun masyarakat di sekitar tempat dilaksanakannya pendidikan berarti meningkat pula kekuatan untuk memikul biaya pendidikan.
           Hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat sosial, ekonomi seseorang adalah sebagai berikut :
1.   Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin tinggi pula tingkat penghasilannya.
2.   Tamatan Sekolah Dasar mendapat pada usia sekitar 35-44 tahun, tamatan Sekolah Menengah Atas mendapat penghasilan maksimal pada usia sekitar 35-44 tahun, dan lulusan Perguruan Tinggi pada usia sekitar 45-54 tahun.
3.   Tamatan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama pada usia tua mendapatkan hasil yang lebih rendah dari hasil ketika mereka mulai bekerja.
Tamatan Sekolah Menengah Atas  mendapat hasil yang seimbang.
Tamatan Perguruan Tinggi mendapat hasil yang lebih besar.






















BAB IX
PENGARUH TIMBAL BALIK
ANTARA SEKOLAH DAN MASYARAKAT
Oleh Drs. Sanapiah Faisal

A.    PENGARUH SEKOLAH TERHADAP MASYARAKAT
1.   Mencerdaskan kehidupan masyarakat
Tingkat kecerdasan masyarakat, dapat dikembangkan melalui program pendidikan sekolah. Tingkatan kecerdasan warga masyarakat, dalam kenyataannya sangat menentukan ketepatan dan kecepatan penyelesaian atau menanggulangi aneka ragam masalah dan tantangan kehidupan yang dihadapinya.
2.   Membawa virus pembaruan bagi perkembangan masyarakat
Program pendidikan di persekolahan, disamping menjamin upaya peningkatan kecerdasan, juga mengupayakan transformasi dari pengetahuan, pemikiran dan praktek-praktek baru, tentu saja yang fungsional dan relevan dengan jenis dan tingkatan dari masing-masing sekolah.
3.   Melahirkan warga masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja di lingkungan masyarakat
Berfungsinya lembaga pendidikan formal di dalam memberikan bekal-bekal pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap yang relevan bagi dunia kerja, hal tersebut secara langsung membawa pengaruh terhadap lapangan kerja di masyarakat.
4.   Melahirkan sikap-sikap positif dan konstruktif bagi warga masyarakat, sehingga tercipta integrasi sosial yang harmonis di tengah-tengah masyarakat.

B.     PENGARUH MASYARAKAT TERHADAP SEKOLAH
Pengaruh masyarakat terhadap :
(1)   Orientasi dan tujuan pendidikan
Identitas sesuatu masyarakat dan dinamikanya, senantiasa membawa pengaruh terhadap orientasi dan tujuan pendidikan pada lembaga persekolahan. Pengaruh identitas sesuatu masyarakat terhadap program pendidikan di sekolah-sekolah, dibuktikan dengan orientasi dan tujuan pendidikan pada masing-masing negara.

(2)   Proses pendidikan di persekolahan
Pengaruh masyarakat yang dimaksud adalah pengaruh sosial budaya dan partisipasinya. Kenyataan sosial budaya masyarakat seperti feudal atau tidak, bermentalitas modern atau tidak, kesemuanya berpengaruh terhadap proses pendidikan yang berlangsung di sekolah.
Partisipasi masyarakat terhadap sekolah, apakah berwujud material atau spiritual, juga jelas berpengaruh proses penyelenggaraan pendidikan.
Perubahan-perubahan yang ada di masyarakat mempengaruhi pula materi pendidikan di sekolah, karena perubahan itu merupakan salah satu sumber yang ada di masyarakat.























BAB X
PERKEMBANGAN DAN PEMBAHARUAN PENDIDIKAN
Oleh Drs. B. Suparna

A.    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN DAN PEMBAHARUAN PENDIDIKAN

1.   Pandangan terhadap Pendidikan
      Usaha dan tujuan pendidikan dilandasi oleh pandangan hidup orang tua, lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan, masyarakat dan bangsanya. Sesuai dengan falsafah bangsa kita Pancasila dan sesuai dengan tingkat pembangunan nasional, tujuan pendidikan nasional bangsa Indonesia adalah untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, ketrampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan.
      Dalam masa pembangunan Lima Tahun (Pelita) ketiga ini sistem-sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan segala bidang yang memerlukan jenis-jenis keahlian dan ketrampilan serta dapat sekaligus meningkatkan produktifitas, mutu, dan efisiensi kerja.

2.   Pertambahan Penduduk
      Pertambahan penduduk berarti pula pertambahan tenaga usia kerja. Pertambahan penduduk yang cepat menimbulkan akibat yang luas terhadap segala segi kehidupan termasuk dalam  segi kependidikan, seperti masalah kekurangan kesempatan belajar, masalah rendahnya mutu pendidikan, masalah ketidaksesuaian antara pendidikan dengan kebutuhan masyarakatdan masalah efisiensi serta efektifitas pelaksanaan pendidikan.

3.   Perkembangan ilmu pengetahuan
      Ilmu pengetahuan dan teknik selalu berkembang. Tanggapan yang biasa dilakukan dalam kependidikan terhadap perkembangan ilmu ialah dengan memasukkan penemuan dan teori baru ke dalam kurikulum sekolah.
      Kenyataan timbulnya perkembangan ilmu yang cepat ini tidak harus diikuti dengan penambahan kurikulum, melainkan harus mengajar siswa-siswa bagaimana belajar dan memecahkan masalah dalam kehidupan mereka.



4.   Tuntutan adanya proses pendidikan yang relevan
      Pendidikan dapat diperoleh di sekolah maupun di luar sekolah. Adanya proses pendidikan yang relevan dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi sangat diperlukan mengingat akan keterbatasan dana pendidikan.
P.H. Combus berpendapat, bahwa pendidikan membutuhkan bantuan dari semua sector kehidupan, namun akhirnya bantuan itu akan kembali.
B. TUJUAN PEMBAHARUAN PENDIDIKAN
1.      Pembaharuan pendidikan sebagai tanggapan baru terhadap masalah-masalah pendidikan.
      Pembaharuan di bidang pendidikan yang merupakan usaha pembangunan diselaraskan pada pembangunan bangsa dan masyarakat Indonesia umumnya. Semua usaha pembaharuan pendidikan akhir-akhir ini menemukan titik tolak berpijak yang mantap dan jelas yaitu kepentingan murid atau subyek belajar demi perkembangannya.
      Beberapa tahap yang penting dalam penerapan pembaharuan pendidikan meliputi :
(1)   Penentuan masalah;
(2)   Penentuan tujuan/sasaran;
(3)   Mempertimbangkan segala sumber dan hambatan yang berkaitan;
(4)   Pengumpulan alternative pemecahan;
(5)   Penentuan alternative terpilih;
(6)   Pencobaan;
(7)   Modifikasi dan revisi alternative pemecahan;
(8)   Pelaksanaan dan pengembangannya.
      Pendekatan sistem dalam usaha pembangunan pendidikan dipandang sebagai tanggapan terhadap masalah pendidikan yang baru dan komprehensif. Pendekatan pendidikan dengan pendekatan sistem untuk pemecahan masalah pendidikan yang mengutamakan kepentingan subyek pendidikan lebih bersifat tanggap (responsive) terhadap masalah-masalah yang baru.

2.      Pembaharuan pendidikan sebagai upaya untuk memperkembangkan pendekatan yang lebih efektif dan ekonomis.
      Kegiatan pendidikan dilakukan sejak zaman dahulu. Bentuk dan caranya saja yang berubah. Dengan penemuan alat cetakk pada abad ke 15 dunia pendidikan mengalami suatu revolusi. Masalah-masalah tetap ditemukan. Sifat pendekatan yang diperlukan untuk memcahkan masalah pendidikan yang kompleks dan berkembang itu harus berorientasi pada masalah efektif dan murah, serta peka terhadap timbulnya masalah pendidikan yang baru.


C.    MASALAH-MASALAH SEBAGAI DINAMIKA HIDUP
Sejak tahun 1960 sistem pendidikan berkembang sangat cepat. Banyaknya jumlah anak sekolah dan besarnya minat masuk sekolah dalam keterbatasan dana ini menimbulkan jurang yang lebih dalam antara kebutuhan dan pelayanannya (demand supply gap).
Sirkulasi perubahan sosial yang merupakan lingkaran masalah, usaha pemenuhan, masalah baru dan usaha baru harus diterima sebab sesuai dengan dinamika kehidupan manusia sendiri.




















BAB XI
HUBUNGAN PENDIDIKAN DENGAN PEMBANGUNAN
Oleh Drs. Sanapiah Faisal

A.    TITIK TEMU PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN
           Immanuel Kant menyatakan, bahwa manusia menjadi manusia karena pendidikan. Dalam hasanah ilmu pendidikan disebutkan bahwa tugas mulia pendidikan terletak pada upaya mengembangkan aspek-aspek pribadi manusia baik yang jasmaniah maupun yang rokhaniah.
           Sedangkan istilah pembangunan adalah upaya-upaya dari suatu masyarakat, bangsa atau negara dalam menyesuaikan diri terhadap tantangan-tantangan masalah dan kebutuhan-kebutuhan yang dihadapi.
           Titik temu pendidikan dan pembangunan terletak pada unsure manusianya. Pendidikan menekankan pada aktualisasi modal kedirian manusia guna memanusia dan membudaya bagi diri dan lingkungannya. Sedangkan pembangunan menekankan manipulasi sumber-sumber yang terdapat dalam khasanah kehidupan manusia guna terpenuhinya hajat hidup manusia itu sendiri.

B.     SUMBANGAN PENDIDIKAN TERHADAP PEMBANGUNAN
           Kemampuan jasmaniah dan rokhaniah manusia dibentuk oleh pendidikan dengan pemberian pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai serta sikap-sikap tertentu. Proses transformasi tersebut berlangsung secara formal, non-formal dan informal.
Pembangunan ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan pada suatu bangsa atau negara, mutlak memerlukan keikut-sertaan upaya pendidikan untuk menstimulir dan menyertai dalam setiap faset dan proses pembangunan.
           Dalam hubungan persatuan dan kesatuan,  bangsa upaya pendidikan mempunyai tugas dan kewajiban memikul misi nasional yaitu untuk menstimulir dan menyertai gerak sejarah bangsa agar setiap warga negara memiliki jiwa dan semangat sebangsa, senegara, dan setanah air.
           Dalam hubungannya dengan pembangunan ekonomi, hal tersebut berarti akumulasi dari modal manusia yang investmentnya dapat digunakan secara efektif untuk perkembangan ekonomi.
           Dalam pembangunannya sengan pembangunan politik, usaha pendidikan itu berfungsi mempersiapkan rakyat menjadi bagian dalam kehidupan politik, sehingga menyadari hak-hak dan kewajibannya masing-masing dalam kehidupan demokrasi.
           Dipandang dari sudut sosial dan budaya, pendidikan dapat diharapkan bantuannya untuk membimbing rakyat, mengasuh rakyat, dan memberikan bantuan pada rakyat, agar lebih sempurna dan kaya secara rohaniah.

           Dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya, sumbangan pendidikan diharapkan untuk :
(1)      Pembinaan mental Pancasila,
(2)      Pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa,
(3)      Pembinaan ketahanan Nasional,
(4)      Pembinaan hak-hak asasi manusia,
(5)      Pembinaan rule of law, yaitu berbuat atas dasar hukum yang berlaku,
(6)      Pembinaan hidup rasional, efisien dan produktif
(7)      Pembinaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
C. PENDIDIKAN YANG RELEVAN DENGAN PEMBANGUNAN
                 Pendidikan yang relevan dengan pembangunan dituntut untuk mengabdi pada kepentingan nasional, regional, local sampai pada kelompok kecil berupa keluarga dan juga dan juga pada kepentingan seseorang yang senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan dari waktu kewaktu.
                 Pendidikan dan pembangunan juga dituntut untuk mengemban tugas yang semakin kompleks dan luas sesuai dengan aneka ragam masalah dan hajat hidup orang seorang,ke;iuarga.masyarakat local, regional, dan nasional.
                 Jadi dari orientasi tersebut dapat ditarik pemikiran-pemikiran dasar, bahwa bekal pendidikan yang berisi penambahan pengetahuan-pengetahuan, keterampilan-keterampilan, dan nilai-nilai serta sikap-sikap harus diarahkan untuk :
1.      Menambah konformitas terhadap cita-cita atau program pembangunan.
2.      Menambah kepekaan seseorang terhadap tantangan, persoalan dan hajat hidup diri, lingkungan dan bangsanya yang senantiasa berubah dan berkembang.
3.      Menambah kemampuan menyelesaikan tantangan persoalan dan hajat hidup dari seseorang atau suatu masyarakat sesuai dengan keadaan yang dihadapi.
4.      Mengembangkan sikap-sikap yang cocok untuk tuntutan hidup dan kehidupan ini, disini dan yang akan dating seperti berorientasi pada masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar